Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Data di Indonesia Rentan Dibobol, 6 Tips Pencegahan Ini Layak Dicoba

Data di Indonesia Rentan Dibobol, 6 Tips Pencegahan Ini Layak Dicoba Kredit Foto: Unsplash
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling menonjol di kawasan Asia Pasifik. Tentunya hal ini menjadikannya pusat perhatian setiap mata, termasuk para penjahat siber.  

Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki tingkat penetrasi e-commerce tertinggi di dunia. Melihat tingginya aktivitas penggunaan internet ini mendorong ESET melakukan survei terhadap 2.000 responden dari Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Hasil dari survei tersebut diketahui bahwa miliaran catatan pribadi dikompromikan ketika organisasi global mengalami pelanggaran data pada 2018. Ditemukan tiga penyebab utama pembobolan data tahun lalu, yakni: 

• Pembobolan data paling besar disebabkan oleh serangan virus yang mencapai 27%

• Pada posisi kedua ditempat oleh pelanggaran media sosial sebesar 20%

• Pencurian data personal 19%

IT Security Consultant PT Prosperita (ESET Indonesia), Yudhi Kukuh berbicara, "Di Indonesia berdasarkan telemetri ESET kita dapat mengetahui serangan virus masih mendominasi dari serangan siber yang masuk. Ini terjadi dari waktu ke waktu, menunjukkan kita masih lemah dalam hal kesadaran keamanan siber."

Baca Juga: Adopsi Keamanan Siber ke Strategi Bisnis, Perusahaan Bisa Lebih Unggul dari Kompetitor

Lemahnya kesadaran keamanan juga disorot dalam survei dengan hasil menunjukkan bahwa 27% responden percaya diri dalam memahami ancaman dunia maya. Ini mengkhawatirkan karena artinya 73% responden lain mungkin hanya memiliki pemahaman dangkal tentang ancaman siber.

Ketika ditanya dari mana sebagian besar serangan siber berasal, responden merespons dengan mengatakan, "Mengunduh fail dari internet." 28% Pengguna internet Indonesia tidak pernah menggunakan sumber ilegal saat mengunduh atau streaming video karena sadar bahaya situs semacam itu.

Sebaliknya, 72% responden menggunakan sumber tidak resmi. Ditambah sebagian besar responden yang mengakses internet via ponsel sebesar 90%, menempatkan mereka dalam bahaya infeksi malware.

"Seiring kita terus menuju masa depan yang lebih digital, penting bagi konsumen untuk memahami jenis ancaman yang berpotensi mereka hadapi dan bagaimana mereka menghindarinya. Kita perlu membagikan data kita secara online, tetapi melakukannya dengan aman adalah perbedaan besar," kata Nick FitzGerald, peneliti senior ESET.

Untuk menghindari diri menjadi korban dari pembobolan data, berikut beberapa tips dari ESET untuk para pengguna internet:

1. Hindari mengklik tautan atau lampiran sembarangan. Penjahat siber selalu berupaya menipu dengan membuat tautan yang mirip dengan bank, operator telekomunikasi, perusahaan listrik atau gas, layanan pajak, dan organisasi sah lainnya. 

2. Kata sandi adalah kunci menuju privasi digital Anda, gunakan kata sandi yang unik dan kompleks dengan kombinasi huruf, angka, dan simbol huruf besar dan kecil dan jangan gunakan kata sandi yang sama di seluruh akun Anda. Untuk memperkuatnya, gunakan otentikasi dua faktor sebagai lapisan pertahanan tambahan.

3. Data back-up. Cadangkan data, jika komputer Anda terinfeksi ransomware, malware, atau crash, satu-satunya cara untuk mengembalikan data adalah dengan mencadangkannya dan melakukannya secara teratur. Jika Anda salah menaruh data atau menghapus sesuatu secara tidak sengaja, data itu selalu dapat dipulihkan.

Baca Juga: Hati-hati! Peretas Sebarkan Malware Lewat Film Populer

4. Pastikan menggunakan solusi keamanan yang kuat, terkini, dan ringan digunakan karena ancaman online menjadi semakin canggih dan penjahat siber akan selalu mengikuti pola tren sosial apa pun untuk menyebarkan malware.

5. Pastikan semua perangkat lunak di PC tetap mutakhir dengan selalu meng-update dengan menjaga agar perangkat lunak tetap mutakhir, kerentanan potensial termasuk zero-day dapat ditambal, sehingga dapat menghentikan penjahat siber dan peretas melakukan kejahatan.

6. Verifikasi situs web tempat Anda aman sebelum memasukkan detail pembayaran ke situs web mana pun, periksa apakah URL dimulai dengan https. Jika situs memiliki kesalahan ketik yang jelas, atau tidak ada bukti dari informasi keamanan atau simbol yang dikenali, hindari. Jika ragu, klik tanda centang VeriSign untuk memverifikasi identitas situs.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: