Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingin Terus Tumbuh di Asia? 3 Tren Ini Harus Diperhatikan Perusahaan FMCG

Ingin Terus Tumbuh di Asia? 3 Tren Ini Harus Diperhatikan Perusahaan FMCG Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan barang konsumen bergerak cepat (FMCG) berpeluang tumbuh luar biasa di kawasan Asia Pasifik. Data terbaru Nielsen menunjukkan ada pertumbuhan FMCG dan PDB yang kuat di Asia Pasifik pada akhir 2018. Namun, ketidakpastian ekonomi global dapat mengancam pertumbuhan PDB dalam jangka pendek.

Satu dekade ke depan, Deloitte mengantisipasi, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini akan meningkatkan kemampuan belanja konsumen, khususnya ketika kelas menengah meluas dan demografi populasi wilayah tersebut condong lebih muda.

Para ahli memperkirakan bahwa sepertiga dari pertumbuhan barang kemasan konsumen dunia antara 2018 dan 2023 akan berasal dari Asia, yang menyumbang hampir 35% pangsa industri global pada 2022.

FMCG yang beroperasi di Asia harus menemukan formula agar pertumbuhan semakin meningkat karena perusahaan saat ini menghadapi perubahan pada model dan saluran distribusi yang belum pernah terjadi sebelumnya, e-commerce regional yang baru bermunculan, serta ada persaingan dengan merek lokal yang sudah tertanam pada loyalitas pelanggan.

Baca Juga: Menangani Krisis Talenta Teknologi di Era Digital Agar Bisnis Melaju Kencang

Berikut ini tiga tren yang perlu dipikirkan oleh eksekutif FMCG sebelum mengembangkan strategi pasar di kawasan Asia, menurut Ara Gopal, kepala solusi produk konsumen dan ritel di Anaplan.

1. Berkembangnya saluran penjualan dan rute menuju pasar

Perubahan yang paling berdampak yang dialami perusahaan FMCG adalah munculnya e-commerce karena semakin banyak orang di berbagai daerah mendapatkan akses ke internet dan menggunakan telepon pintar.

Penetrasi internet dan telepon pintar diperkirakan akan mencapai 59% dan 44% pada 2021 dan lebih dari satu miliar orang di Asia akan berbelanja secara online. Pertumbuhan pengguna internet dan telepon pintar ini menghadirkan peluang berharga bagi brand untuk menargetkan dan memperdalam hubungannya dengan pelanggan.

Perusahaan FMCG pun berpeluang untuk mengembangkan model distribusi. Saat ini toko-toko tradisional adalah saluran distribusi dominan untuk merek-merek tersebut, di mana diperkirakan tiga perempat dari seluruh penjualan berasal dari toko tradisional. 

Toko-toko tradisional menimbulkan kesulitan bagi perusahaan karena mereka ditantang untuk mendapatkan tumpuan di masing-masing pasar yang berbeda. Meskipun pertumbuhan perdagangan modern (seperti hypermarket atau pengecer besar) sebagai pemegang pangsa pasar di sebagian besar negara-negara Asia melambat, McKinsey mencatat pentingnya melayani segmen ini dengan baik dengan melakukan penekanan yang kuat, yaitu pengeluaran yang disiplin, hubungan manajemen yang kuat, serta kolaborasi internal.

Baca Juga: Menurut Bezos, Sifat Inilah yang Selalu Menang dalam Bisnis

Tujuan ini dapat dicapai dengan mengadopsi platform berbasis teknologi untuk mengambil keputusan strategi. Manfaatnya untuk bisnis ialah penyelarasan prioritas bisnis di seluruh organisasi, pendapatan yang lebih besar, dan manajemen biaya.

2. E-commerce mendapatkan momentum yang tepat dan sedang mendominasi pasar

Pengusaha e-commerce menjadi bagian penting dari aktivitas belanja sehingga perusahaan ritel besar dan perusahaan barang konsumen mengejar kemitraan dengan platform online di berbagai daerah. 

Perusahaan-perusahaan ritel online seperti Lazada dan Shopee membedakan penawaran mereka dengan menangani logistik dan supply chain sebagai tantangan utama di Asia Tenggara. Akibatnya, merek FMCG sadar perlu membuat produk mereka tersedia di berbagai saluran yang digunakan konsumen. Jaringan saluran distribusi yang kompleks ini membutuhkan manajemen pasokan yang ketat di berbagai ritel online dan toko-toko.

Untuk mengelola operasi yang sukses dengan tingkat yang rumit, perusahaan FMCG perlu memanfaatkan kekuatan teknologi untuk menerapkan strategi perencanaan yang terhubung yang mendigitalisasikan proses pengambilan keputusan dan mendorong kolaborasi lintas unit bisnis. 

Menghubungkan data, orang, dan perencanaan di setiap bagian bisnis untuk mendorong keputusan yang lebih cepat dan lebih baik membutuhkan platform perencanaan tunggal perusahaan yang dapat mengambil keputusan lintas fungsional.

Bergerak layaknya seperti merek lokal

Dengan berbagai FMCG multinasional yang berupaya mengukir pangsa pasar Asia (terutama India, Indonesia, dan China), banyak yang mendapati bahwa merek lokal merupakan kompetitor yang tangguh.

Baca Juga: Mau Berbisnis Waralaba, Yuk Datang ke IFRA 2019

Penelitian menunjukkan, hal ini karena penargetan mereka efektif, kemampuan distribusi fleksibel, dan penggunaan media sosial serta keterlibatan pelanggan lebih baik. Agar tetap relevan di pasar ini, penting untuk memiliki pemahaman tentang peluang yang ada dan memahami risiko di setiap pasar atau kategori dan harus bersiap menerapkan berbagai strategi komersial untuk mendorong pertumbuhan penjualan.

Dengan mengevaluasi secara holistik semua aspek dari strategi komersial, perusahaan dapat lebih memahami pendorong utama kesuksesan di setiap pasar lokal tersebut. Pendekatan holistik ini dikombinasikan dengan kemampuan analisis dan perencanaan skenario canggih akan memberi perusahaan kelincahan yang mereka butuhkan untuk bereaksi terhadap perubahan pasar secepat atau mungkin lebih cepat dari merek lokal yang relatif lebih kecil.

Ketiga tren ini mengubah cara FMCG menjalankan bisnis dan melibatkan pelanggan, setiap brand harus mencari cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif melalui penggunaan teknologi yang lebih baik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: