Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mozilla Gandeng Moniker Luncurkan Pendeteksi Gambar Berbasis AI

Mozilla Gandeng Moniker Luncurkan Pendeteksi Gambar Berbasis AI Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

2016 lalu, Google meluncurkan "Quick, Draw!", proyek percobaan AI dari Google (AI Pictionary) yang dapat menebak gambar atau coretan-coretan penggunanya. Tapi ada satu gambar yang belum berhasil dideteksi Google, yaitu gambar alat kelamin pria.

Gambar tersebut sebenarnya bukan sesuatu yang tabu karena sudah tertuliskan di permukaan bebatuan selama ribuan tahun dari mulai dinding kerajaan Romawi hingga manuskrip abad pertengahan, yang menandakan keberuntungan, kejantanan, atau hanya manifesto dari I am a man and i was here.

Untuk memperbaiki kesalahan Google tersebut, Mozilla Foundation menggandeng studio desain asal Belanda, Moniker untuk membangun detektor doodle alat kelamin pria berbasis AI. Terdengar agak konyol, tapi Moniker dan Mozilla ingin menyampaikan pesan serius: di era di mana raksasa teknologi AS mengendalikan begitu banyak hal yang publik lihat secara online, perlukah ada kekhawatiran terkait standar moral yang mereka tetapkan?

Baca Juga: Mozilla Tutup Program Firefox Test Pilot

Detektor doodle tersebut tersedia di https://donotdrawapenis.com/ jika pengguna ingin mencobanya. Ketika mencoret-coret gambar alat kelamin pria, situs tersebut akan mengatakan: "kami menganggap ini adalah kesalahan" dan menghapusnya sambil memperingatkan pengguna: "Jangan diambil hati ya!" 

Roel Wouters, designer dari Moniker mengatakan, ketidakmampuan AI Google untuk mengenali doodle alat kelamin pria mungkin hal sepele bagi budaya barat, namun masih merupakan simbol kuat dari kekuatan raksasa teknologi tersebut.

Facebook dan Instagram saja, menurutnya, masih lebih sopan karena melarang penggunanya menggambar atau mem-posting gambar areola misalnya. Ini merupakan contoh yang lebih serius dari kearifan Amerika yang dipaksakan pada dunia.

"Intinya, panduaan moral pengguna seharusnya tidak berada di tangan perusahaan teknologi besar. Tidakkah menurut Anda agak aneh bahwa pedoman komunitas Instagram untuk berbagi gambar dikenakan pada semua warga dunia dan semua budaya misalnya?" kata Wouters baru-baru ini.

Baca Juga: Mozilla Asia Ciptakan Firefox Screenshot Go Beta

Wouters secara pribadi menyukai Quick, Draw, Google! maupun perangkat lunak AI besutan Mozilla, TensorFlow sebagai alternatifnya. Namun, menurutnya, ketika perusahaan menggunakan lebih banyak kecerdasan buatan untuk memoderasi platform online, ada potensi kealpaan moderasi (sensor). AI mungkin masih bisa mengenali pikiran atau perasaan manusia jika manusia kerap mengungkapkannya, permasalahannya manusia tidak pernah melakukannya. 

Ditambahkan dia, proyek detektor doodle dari Moniker bukan perkara kebebasan berbicara, namun lebih merupakan bentuk protes terkait kekuatan yang tidak diinginkan dari teknologi besar dan kecenderungan paternalistik pemerintah mereka.

"Bagi kami mencoret-coret alat kelamin pria adalah simbol tindakan pemberontak kategori ringan," tambah dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: