Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Takut, Ini Alasan Trump Batalkan Serangan Iran

Bukan Takut, Ini Alasan Trump Batalkan Serangan Iran Kredit Foto: Kevin Lamarque
Warta Ekonomi, Washington -

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengungkap alasan mengapa akhirnya dia membatalkan keputusan untuk melakukan serangan terhadap Iran. Sebelumnya, Trump sempat memerintahkan militer AS untuk membombardir Iran, sebagai respon atas ditembak jatuhnya drone oleh Teheran.

Trump mengatakan, ia membatalkan rencana serangan militer terhadap Iran karena dia menilai itu akan menjadi tanggapan yang tidak proporsional. Dia mengaku lebih memilih merespon penembakan itu dengan sanksi, dibanding opsi militer.

"Kami semalam dipenuhi tuntutan untuk memberikan respon terhadap tiga sasaran yang berbeda, ketika saya bertanya berapa banyak yang akan mati, seorang jenderal menyebut sekitar 150 orang," kata Trump melalui akun Twitternya.

Baca Juga: Trump Tuduh Iran Buat Kesalahan Besar Gara-Gara...

"10 menit sebelum serangan itu dilancarkan, saya membatalkannya, itu tidak sebanding dengan menembak jatuh pesawat tak berawak. Saya tidak terburu-buru, militer kami dibangun kembali, baru, dan siap untuk beroperasi, sejauh ini yang terbaik di dunia," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Jumat (21/6).

Trump mengatakan, sanksi yang dikenakan AS terhadap Iran berpengaruh dan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, lebih banyak sanksi telah dijatuhkan kepada Iran, semalam.

Sebelumnya, Rusia meminta AS untuk tidak mengambil langkah tergesa-gesa terhadap Iran. Moskow menekankan bahwa Washington dan Teheran berada di ambang perang.

Baca Juga: Trump Janji Akan Usir Jutaan Imigran Ilegal

"Saya tidak akan memberikan perkiraan tentang apa yang sebenarnya terjadi selama beberapa jam terakhir dalam konteks ini, tetapi informasi yang kami miliki menunjukkan dengan sangat jelas bahwa situasinya sangat berbahaya," ucap Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.

"Saya akan menyebut keseimbangan ini di ambang perang. Wilayah paling panas di Timur Tengah dipicu oleh kebijakan "pembakar' Washington. Masih ada risiko konflik dan kami meminta pemain yang bertanggung jawab, jika ada pemain yang bertanggung jawab yang tersisa di Washington, untuk menilai konsekuensi yang mungkin terjadi. Kami menentang langkah tergesa-gesa," sambungngnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: