Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Hari Koperasi Internasional, 51,28 Juta UMKM Belum Melek Digital

Di Hari Koperasi Internasional, 51,28 Juta UMKM Belum Melek Digital Kredit Foto: Moka
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Koperasi dan UKM RI (Kemenkop-UKM) menyebut hingga 2018 Indonesia memiliki 64,1 juta pelaku usaha industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari jumlah tersebut, baru 20% (12,82 juta) yang melek digital. Artinya masih ada 51,28 juta UMKM belum melek digital.

Melihat fakta tersebut, Moka, startup penyedia sistem kasir digital, melalui program A Cup of Moka ingin membuat lebih banyak UMKM melek digital.

Bertepatan dengan Hari Koperasi Internasional, Moka bekerja sama dengan Kemenkop-UKM menggelar forum interaktif berbagi data dan analisis tren bisnis untuk para pelaku UKM, yang digelar Selasa (25/6/2019) di Auditorium Kemenkop-UKM.

Kegiatan yang mengambil tema Kelola Data dan Analisis Penjualan dan Rancang Strategi Lebih Cekatan itu diikuti oleh ratusan pelaku UMKM dan menghadirkan berbagai pelaku bisnis sukses.

Tidak hanya perayaan Hari UMKM Internasional, namun juga bentuk dukungan kepada pengembangan UMKM di Indonesia. Dalam kegiatan itu, Moka membagikan ilmu dalam bentuk diskusi interaktif mengenai cara mengelola data untuk dijadikan rancangan strategi bisnis yang tentunya dapat meningkatkan performa dan penjualan pelaku UMKM.

Baca Juga: UKM Dinilai Harus Manfaatkan Kekuatan Analitik, Ini 5 Langkahnya

Beberapa narasumber seperti Rifqi Rianputra, Direktur dari Pigeonhole Coffee, salah satu pelaku usaha yang sukses menjalankan bisnisnya melalui pemanfaaan data dan teknologi. Ada juga Hutami Nadya, Data Analyst Moka, yang akan membagikan data mengenai tren bisnis 2019 serta berbagi ilmu mengenai teknik pengolahan dan pemanfaatan data untuk bisnis.

VP Brand & Marketing Moka, Bayu Ramadhan mengatakan, di Indonesia masih sangat sedikit pelaku UMKM yang telah mengadopsi teknologi, padahal kontribusi dan potensi mereka sangatlah besar bagi roda perekonomian Indonesia. Sebab pemanfaatan teknologi dapat menghasilkan banyak data yang merupakan aset berharga untuk diolah menjadi wawasan baru.

"Di sinilah peranan kami untuk mengedukasi usaha kecil dan menengah untuk menganalisis semua data tentang bisnis mereka, mulai dari penjualan, produk, pola kebiasaan pelanggan hingga inventaris mereka, hasil dari data-data ini dapat menghasilkan insight yang bisa menjadi bekal bagi para pelaku UKM untuk bersaing dengan perusahaan besar," ujar Bayu.

Sementara Devi Rimayanti, Sekretaris Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop-UKM, dalam kegiatan tersebut mengatakan, 64,1 juta pelaku UMKM di Indonesia saat ini memberikan sumbangan terhadap PDB Nasional mencapai 60,34%. Jumlah pelaku usaha industri UMKM di Indonesia terus berkembang setiap tahunnya dan sangat berkontribusi pada perkembangan ekonomi negara.

"Pemberdayaan UMKM merupakan langkah strategis untuk menjaga daya saing menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean," ujar Devi.

Devi menjelaskan, pada 2017, PBB menetapkan 27 Juni sebagai Hari UMKM Internasional, dalam rangka merayakan kontribusi bisnis kecil hingga menengah dalam perekonomian global. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengusulkan adanya hari untuk merayakan kontribusi UMKM secara internasional. Usulan tersebut sebagai upaya dorongan bagi pelaku UMKM untuk berkembang dan bersama memajukan perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Koperasi Komunitas Film Akan Berdiri di Lima Daerah

"Hari UMKM Internasional adalah bukti nyata bahwa keberadaan industri UMKM di Indonesia menjadi perhatian khusus di mata dunia. Diharapkan tak hanya bertahan di dalam negeri, tapi mereka mampu bersaing di pasar internasional," ungkap Devi.

Menurut Devi, salah satu bentuk dukungan Kemenkop-UKM sendiri ialah dengan menciptakan platform inovatif, Lamikro, sebuah aplikasi yang memudahkan pelaku UMKM melakukan proses penghitungan akuntansi, baik itu pencatatan laba maupun rugi.

Pelaku UMKM Indonesia mulai dikenal dunia seiring peran data yang berkembang. Karena itu, setiap usaha diharuskan untuk mulai mengadopsi teknologi inovatif untuk mengatur dan menganalisis data berharga mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: