Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Mandiri Raih Kenaikan Peringkat Utang dari S&P Jadi 'BBB-'

Bank Mandiri Raih Kenaikan Peringkat Utang dari S&P Jadi 'BBB-' Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Mandiri Raih Kenaikan Peringkat Utang dari S&P Menjadi 'BBB-'

Lembaga pemeringkat internasional, S&P’s Ratings menaikkan peringkat utang jangka panjang Bank Mandiri menjadi 'BBB-' dengan outlook 'stabil', dari sebelumnya 'BB+'. Peringkat baru ini berlaku untuk utang yang akan dilakukan perseroan dalam mata uang rupiah, maupun valuta asing.

Hal tersebut sejalan dengan konsistensi Bank Mandiri dalam mencetak kinerja positif dalam empat tahun terakhir.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan menjelaskan, kenaikan peringkat tersebut menjadikan Bank Mandiri sebagai salah satu korporasi terbaik di Indonesia yang berhasil mendapatkan peringkat investment grade dari tiga lembaga pemeringkat internasional dan satu lembaga pemeringkat domestik. Di samping S&P's, Bank Mandiri mendapat rating dari lembaga lainnya, Moody’s Rating (Baa2/outlook stabil), Fitch Rating (BBB-/stabil), dan Pefindo (idAAA/stabil).

Baca Juga: Tak Pinjami Uang, Pegawai Bank Syariah Mandiri Dibunuh

"Kami berharap naiknya peringkat utang ini memperkuat kredibilitas Bank Mandiri di mata investor dan para pemangku kepentingan sektor keuangan Tanah Air. Semoga rating yang semakin membaik ini juga ikut berkontribusi pada pertumbuhan investasi di Indonesia," jelas Panji di Jakarta, Senin (1/7/2019).

Bank Mandiri berharap peringkat utang terbaru itu juga akan memberikan dampak positif terhadap akses perseroan di pasar modal, serta meningkatkan nilai bagi investor.

Lanjut Panji, Bank Mandiri terus mendorong perbaikan kinerja melalui penajaman fokus bisnis, inovasi produk, dan layanan keuangan, serta pemantauan kualitas aset yang ketat. Hasilnya, pada akhir triwulan I 2019, Bank Mandiri mencatat kenaikan laba bersih sebesar 23,4% yoy menjadi Rp7,2 triliun, yang ditopang oleh pertumbuhan kredit tahunan sebesar 12,4% menjadi Rp790,5 triliun dan penurunan rasio NPL sebesar menjadi 2,68%.

Capaian neraca keuangan di akhir Maret 2019 lalu tersebut melanjutkan tren positif perseroan sejak akhir 2016. Selama empat tahun terakhir, Bank Mandiri tercatat membukukan pertumbuhan laba tahunan sebesar CAGR 23,7% yoy. Begitu pula dengan penyaluran kredit per tahun yang juga terus tumbuh dobel digit dengan kualitas yang semakin membaik. Jika pada akhir 2016, NPL perseroan berada pada 4,00%, maka pada akhir Maret 2019 rasio itu telah turun menjadi 2,68%.

Baca Juga: Dalam 2 Tahun, Sebanyak 126.949 Debitur KUR Bank Mandiri Berhasil "Naik Kelas"

Menurunnya rasio kredit bermasalah tersebut itu juga mendorong penurunan alokasi biaya pencadangan yang harus disisihkan perseroan. Tercatat, pada triwulan I 2019 biaya pencadangan yang disiapkan perseroan sebesar Rp2,8 triliun atau mengalami penurunan 28,1% yoy.

"S&P sendiri meyakini perbankan Indonesia akan memiliki benefit yang lebih dari situasi ekonomi saat ini yang terus membaik, di mana dalam 10 tahun terakhir rata-rata PDB per kapita riil Indonesia tercatat tumbuh sebesar 4,1%, lebih baik daripada rata-rata pertumbuhan negara dengan tingkat upah sama yakni 2,2%," imbuhnya.

Di samping itu, S&P menilai agenda percepatan pengadaan infrastruktur pemerintah akan mendorong peningkatan pertumbuhan kredit perbankan yang diharapkan akan berdampak positif terhadap profitabilitas perbankan.

"Di Bank Mandiri sendiri, kami telah berkomitmen untuk terus meningkatkan penyaluran pembiayaan ke sektor infrastruktur mengingat masih banyak proyek pembangunan infrastruktur yang tengah berjalan. Per Maret 2019, portofolio infrastruktur kami sebesar Rp177,8 triliun atau 26,0% dari total kredit (bank only) yang disalurkan perseroan," tuturnya.

Tambah Panji, dari aspek likuiditas, Bank Mandiri saat ini terjaga pada level yang aman dengan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) bank only di tingkat 94,02% per Maret 2019 lalu.

"Ke depan, kami yakin dapat menjaga rasio tersebut di kisaran 91-93% hingga akhir tahun ini, antara lain melalui strategi pertumbuhan dana pihak ketiga, khususnya dana murah," pungkas Panji.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: