Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 5,1%

Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 5,1% Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia mencapai 5,1% pada 2019. Proyeksi itu menurun dibandingkan laporan yang dikeluarkan Bank Dunia pada kuartal sebelumnya sebesar 5,2%.

Meski begitu, Bank Dunia tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 berada di angka 5,2%. Ini karena dukungan kondisi domestik diprediksi akan lebih kuat pada tahun depan.

Baca Juga: Dihantui 3 Ancaman Ini, Pebisnis Indonesia Paling Optimis terkait Prospek Pertumbuhan

"Proyeksi ini didukung oleh konsumsi masyarakat, yang diperkirakan akan terus meningkat karena inflasi tetap rendah dan pasar tenaga kerja yang kuat. Selain itu, posisi fiskal yang lebih kuat akan memungkinkan bertambahnya investasi pemerintah, termasuk proyek infrastruktur baru dan upaya rekonstruksi di Lombok dan Palu pascabencana alam," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves dalam paparan perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia di Jakarta, Senin (1/7/2019).

Bank Dunia mencatat pada kuartal I 2019 pertumbuhan PDB riil Indonesia tetap stabil di tingkat 5,1%. Meski terjadi gejolak global, ekonomi Indonesia tumbuh pada tingkat yang konsisten dengan pertumbuhan PDB triwulanan antara 4,9-5,3% selama 3,5 tahun terakhir.

Baca Juga: BI: Ekonomi Kuartal II-2019 Akan Tumbuh Melandai

"Kebijakan makroekonomi yang terkoordinasi dan hati-hati telah membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di tengah gejolak global serta serangkaian bencana alam yang luar biasa," tambahnya.

Bank Dunia juga mencatat selama kuartal I 2019 terjadi peralihan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan investasi mulai menurun dari tingkat tertinggi selama beberapa tahun,sebaliknya konsumsi masyarakat dan pemerintah meningkat.

"Hal ini membantu mengurangi tekanan pada defisit neraca berjalan yang besar pada 2018, sebagian akibat impor yang dipakai untuk investasi infrastruktur dan swasta," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: