Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mentan: Mafia Pangan Bukan Isapan Jempol Belaka

Mentan: Mafia Pangan Bukan Isapan Jempol Belaka Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak memimpin Kementerian Pertanian (Kementan) pada Oktober 2014, Amran telah membuktikan ucapannya selama ini soal mafia pangan bukan isapan jempol belaka.

Amran mengungkapkan keberhasilan pemerintah dalam memberantas mafia pangan tidak bisa dilepaskan dari kerja sama dan komunikasi yang intensif dengan satgas pangan. Setiap terpantau harga mengalami kenaikan, Amran bersama satgas pangan segera turun memeriksa kondisi harga di pasar dan mencari penyebabnya.

"Tesisnya mafia pangan itu sulit diberantas, dan saya anti tesisnya. Sudah 700 lebih praktik mafia pangan diungkap bersama satgas pangan. Saya akan buka terus sisi gelap pangan kita agar semua pelaku di sektor pangan percaya diri menjadi lebih baik buat negeri ini," ujar Mentan dalam keterangan resmi yang diterima Warta Ekonomi di Jakarta.

Baca Juga: TTIC Kementan Serap Ayam Peternak Mandiri untuk Dongkrak Harga

Menurut Amran dirinya akan terus mendorong produksi komoditas strategis nasional dengan konsep lumbung pangan dunia, dan meminta masyarakat juga berperan menjaga gairah petani untuk bertani. Satu per satu masalah stok produksi komoditas akan terus diselesaikan Kementerian Pertanian, hingga swasembada tercapai.

"Saya sudah minta jajaran Kementan jangan gagal fokus. Bekerja, berkaryalah untuk negeri. Sepenuh hati untuk petani dan rakyat Indonesia yang butuh makan setiap hari. Mereka butuh makan untuk juga bisa berkarya, dan inilah ibadah terbesar kita sebagai pemerintah", tutupnya.

Komitmen Amran dalam memberantas mafia pangan mendapatkan apresiasi dari pengamat politik ekonomi Ichsanuddin Noorsy. Berdasarkan kinerja sejak awal bertugas, dia menilai hanya sosok Amran yang layak dihormati dan dihargai. 

“Sulit menemukan pejabat yang berani jujur dalam segala hal. Sebelum penentuan jabatan harusnya ada audit posisi. Sayangnya tak satu pun institusi yang mampu menjawabnya,” ulasnya.

Stok Melimpah, Beras Bulog Terancam Busuk

Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) menyebut gudang Bulog sudah hampir penuh. Selama ini, Bulog terus memaksimalkan penyerapan beras dari petani.

Baca Juga: Buwas Batal Mundur dari Posisi Bos Bulog

"Kapasitas gudang kita 2,6 juta ton, sekarang sudah mencapai 2,3 juta ton. Tinggal 300 ribu ton lagi penuh, tidak bisa menyerap lagi. Tinggal nunggu busuk karena tidak disalurkan," kata Buwas saat mengunjungi Sukoharjo, Jumat (21/6) lalu.

Karena itu, Bulog menyayangkan masih ada oknum-oknum yang justru mengimpor beras. Masuknya beras impor dikhawatirkan akan menyebabkan stok beras Bulog semakin sulit disalurkan. Apalagi Bulog tak lagi dilibatkan dalam penyaluran Bantuan Pangan Nontunai (BPNT). Kondisi ini dikhawatirkan membuat Bulog rugi besar. Apalagi Bulog selama ini menyerap hasil panen petani dengan menggunakan hutang dari perbankan. Bulog dibebani bunga setinggi bunga komersial.

"Kalau beras tidak dikeluarkan kualitasnya turun. Karena bunga bank naik bertambah, kita harus jual tinggi. Tapi kan tidak masuk akal. Kita tunggu saja Bulog dimatikan pelan-pelan," kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: