Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amazon Mulai Bangun Jaringan Logistik In House

Amazon Mulai Bangun Jaringan Logistik In House Kredit Foto: Reuters/Thilo Schmuelgen
Warta Ekonomi, Jakarta -

Februari lalu, CFO Amazon Brian Olsavsky mengumumkan bahwa unit logistik in-house Amazon akan lebih murah dan lebih baik ketimbang partner pengiriman tradisional seperti UPS, USPS atau FedEx.

"Kami memang memiliki mitra pihak ketiga yang hebat juga di bidang transportasi. Namun, ternyata dengan armada logistik in house, kami bisa beroperasi dengan biaya yang sama atau lebih baik, dan kami sangat menyukai profil biaya itu," kata dia belum lama ini.

Tetapi data dari Rakuten Intelligence menunjukkan sebaliknya. Jaringan Amazon semakin sering terlambat mengirimkan paketnya sendiri. Pada 2017, mulai 1 Januari hingga pertengahan Juni, rata-rata 4,6% barang dikirim terlambat, jumlahnya terus naik menjadi rata-rata 16,6% pada 2019.

Baca Juga: Amazon dan Ngerinya Ancaman terhadap Kematian TV Berbayar

Rakuten Intelligence mengumpulkan datanya dari dua aplikasi di mana jutaan panelis atau pembeli e-commerce setiap harinya dapat berbagi kuitansi elektronik mereka dengan Rakuten Intelligence. Dari tanda terima dan nomor pelacakan yang tercantum, Rakuten Intelligence bisa mengetahui apakah paket Amazon pelanggan tertunda, siapa yang mengirimkannya, dan informasi lainnya.

Amazon semula mengandalkan UPS, layanan pos AS, FedEx, dan mitra logistik lainnya untuk mengirimkan barang-barangnya. Pengamat pasar mengatakan langkah Amazon membangun layanan logistik in-house menunjukkan tidak hanya minat perusahaan mengendalikan biaya transportasi, namun juga keinginan untuk membangun layanan logistik pihak ketiga, yang suatu hari nanti diharapkan bisa bersaing dengan perusahaan raksasa logistik tradisional.

Tetapi sampai saat itu tiba, Rakuten mengatakan, layanan jarak jauh Amazon merupakan yang paling sembrono dari kompetitornya. Jaringan kargo udara Amazon, misalnya, diluncurkan pada 2015. Armada mereka ini akan diperluas menjadi 70 pesawat pada 2021 (sebagai perbandingan, UPS memiliki armada pesawat 550 lebih dan FedEx memiliki atau menyewakan 678 pesawat kargo).

Baca Juga: Inovasi Amazon di Inggris Ciptakan 2.000 Pekerjaan Baru

"Amazon terburu-buru dalam banyak hal dan karena terlalu memprioritaskan kecepatan, kadang-kadang jadi tidak sempurna," kata Alex Pellas, pimpinan penelitian Rakuten.

Data pengiriman terlambat tersebut membuat beberapa pelaku bisnis logistik skeptis bahwa Amazon akan dapat meluncurkan layanan logistik pihak ketiga.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: