Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Masih Perkasa, Rupiah Dibuat Tak Berdaya

Dolar AS Masih Perkasa, Rupiah Dibuat Tak Berdaya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki hari kedua perdagangan di pekan ini, dolar AS masih menunjukkan keperkasaannya di hadapan mata uang dunia, termasuk rupiah. Dolar AS terapresiasi 0,18% ke level Rp14.130 pada pembukaan pasar spot pagi tadi.

Keperkasaan dolar AS tidak hanya ditunjukkan di hdapan rupiah, melainkan juga di hampir semua mata uang dunia. Dolar AS terpantau hanya melemah tipis di 0,08% di hadapan won dan melemah 0,01% di hadapan euro. 

Baca Juga: Hadeh! Dolar AS Bikin Rupiah Tercekik!

Nampaknya, pelaku pasar masih bermain aman dengan mengoleksi aset-aset investasi berbasis dolar AS selagi menunggu perkembangan negosiasi dagang antara AS dan China. 

Media China menyebutkan, di pekan ini pimpinan dari kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu akan kembali melanjutkan perundingan dagang sebagai langkah untuk mengakhiri perang. Alhasil, aset-aset investasi dari negara berkembang di Asia belum begitu diminati oleh para pelaku pasar. 

Dengan demikian, tidak mengherankan jika hampir semua uang benua kuning kembali tertekan di hdapan dolar AS.

Baca Juga: Nyatanya, Rupiah 'Tidak' Baik-Baik Saja

Hingga pukul 09.50 WIB, rupiah menjadi mata uang Asia yang paling tertekan di hadapan dolar AS. Rupiah dibuat tak berdaya karena kini mengalami koreksi sebesar 0,16% ke level Rp14.133 per dolar AS. Meski dalam jajaran kurs dolar AS, rupiah yang terlemah di Asia, rupiah terpantau masih unggul tipis 0,09% terhadap baht. 

Ya, baht menjadi satu-satunya mata uang Asia yang mampu ditaklukkan rupiah. Artinya, di hadapan mata uang Asia lainnya, seperti won (-0,17%), yuan (-0,10%), dolar Singapura (-0,07%), dolar Hongkong (-0,06%), dan yen (-0,05%), rupiah KO. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: