Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Pertemuan Prabowo-Jokowi Jangan Cuma Simbolik Semata

Pengamat: Pertemuan Prabowo-Jokowi Jangan Cuma Simbolik Semata Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Malang -

Pengamat Politik dari Universitas Brawijaya Malang Wawan Sobari mengatakan bahwa pertemuan antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto sebagai bentuk rekonsiliasi yang diharapkan bukan simbolik semata.

Menurut Wawan, pertemuan tersebut memang perlu dilakukan oleh keduanya, mengingat, di mata masyarakat, kedua tokoh tersebut mewakili dua kelompok politik yang berbeda pandangan akibat kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Sandiaga Nilai Pertemuan Prabowo-Jokowi Dipenuhi Keberkahan

"Secara simbolik, itu menunjukkan apa yang banyak kalangan sebut sebagai rekonsiliasi, meskipun baru pada permukaan saja," ujar Wawan, Sabtu (13/7/2019).

Dari pertemuan kedua tokoh, lanjut Wawan, yang sangat diharapkan adalah makna di balik pertemuan tersebut, apakah bisa mengurangi keterbelahan politik antara dua kubu partai pendukung.

Bagi koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin serta Prabowo-Sandiaga Uno, diharapkan pertemuan tersebut bisa mencairkan tensi politik di antara elite partai yang selama ini belum terlihat mencair pasca-Pemilu 2019.

"Agar tidak menjadi rekonsiliasi simbolik, dan menjadi subtantif, maka apa yang sudah dilakukan Jokowi dan Prabowo, harus diiukuti oleh elite lainnya," tutur Wawan.

Selama ini, menurut Wawan, masyarakat banyak dibuat bingung oleh para elite partai yang kerap kali berseberangan, tanpa adanya kritik konstruktif. Jika nantinya elite partai benar-benar bisa berangkulan, diharapkan juga mampu mencairkan suasana antarpendukung dari kalangan masyarakat.

Namun, peranan pihak oposisi pada sistem demokrasi di Indonesia tetap dibutuhkan. Sehingga, partai-partai pendukung Prabowo diharapkan tetap pada posisi oposisi, dengan tetap memberikan kritik yang membangun.

"Menjadi oposisi itu biasa, tapi jangan destruktif. Pascarekonsiliasi harus ada perubahan, untuk 'check and balance'," ujar Wawan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: