Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani: Indonesia Minim Terimbas dari Perang Dagang

Sri Mulyani: Indonesia Minim Terimbas dari Perang Dagang Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah menilai perang dagang antara China dan Amerika Serikat tidak berdampak besar pada perekonomian nasional. Dibandingkan dengan Singapura dan China, Indonesia relatif aman dari imbas perang kedua negara tersebut.

Hal itu dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menghadiri diskusi "Kajian Tengah Tahun Indef 2019: Tantangan Investasi di Tengah Kecamuk Perang Dagang" di Jakarta, Selasa (16/7/2019).

"Singapura saat ini sudah masuk dalam negative zone growth karena dia ekspor-impor lebih besar dari total GDP-nya. Jadi, kalau global growth decline, dia pasti akan kena. RRT (China) sekarang pertumbuhan ekonominya terendah dalam 27 tahun terakhir," kata Sri Mulyani.

Di kawasan Asean, lanjut Sri Mulyani, dampak perang dagang yang diterima masing-masing negara berbeda-beda. Semakin negara tersebut masuk dalam bagian rantai suplai, maka  bisa mendapatkan keuntungan, namun juga kerugian.

Baca Juga: Tensi Perang Dagang Menurun, BI Akan Turunkan Suku Bunga dalam Waktu Dekat?

"Indonesia lebih sedikit pengaruhnya karena kita tidak terlalu bergantung dengan rantai suplai. Sektor manufaktur nasional justru tidak mengalami peningkatan. Itu good dan bad. Good, saat seperti ini, kita tidak terkena," ucapnya.

Sementara itu, Pendiri Indef Didik J Rachbini mengatakan, pihaknya melihat perang dagang berdampak pada peningkatan PDB Indonesia sebesar 0,01%. Di sisi lain, perang dagang merugikan AS dan China, di mana PDB masing-masing negara terkoreksi 0,1 dan 0,6%.

Perang dagang pun disebut berdampak pada peningkatan investasi (FDI) Indonesia sebesar 1,02%. Bagi AS dan China, perang dagang menyusutkan investasi mereka masing-masing 3,91% dan 2.67%.

"Hanya saja, perang dagang dianggap tidak menguntungkan bagi ekspor Indonesia. Perang dagang AS-China juga berdampak pada penurunan ekspor 0,24%. Hal yang sama juga terjadi di AS dan China dengan penurunan masing-masing sebesar 8,2% dan 7,09%. Penurunan ekspor AS utamanya disebabkan karena menyusutnya ekspor ke China, demikian juga sebaliknya," pungkas Didik.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: