Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Traveler Gen Z Lebih Ramah Lingkungan

Traveler Gen Z Lebih Ramah Lingkungan Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gen Z (berusia 16-24 tahun) diperkirakan akan lebih sadar kondisi lingkungan dan sosial daripada generasi sebelumnya. Pertanyaannya, apakah mereka akan memenuhi ekspektasi tersebut di umur mereka yang masih belia? Sejauh mana mereka akan mengikuti jejak pecinta lingkungan yang sudah ada?

Booking.com melakukan riset global di 29 pasar untuk mencari tahu perilaku dan ambisi dari generasi yang sedang tumbuh dewasa ini. Riset ini menguatkan bukti bahwa traveler dari segala usia menginginkan liburan ramah lingkungan dan tidak terkecuali Gen Z.

Mereka juga berencana untuk menjadi traveler yang punya kesadaran dan keinginan untuk "berkontribusi", baik kepada komunitas yang mereka kunjungi atau dengan membuat keputusan yang dirancang untuk membantu melindungi bumi.

Volun-tourism (Traveling Sambil Berkontribusi Langsung)

Gen Z bertekad untuk berkontribusi, menjadikannya generasi yang paling tertarik untuk menjadi sukarelawan sebagai bagian dari pengalaman perjalanan (37% vs 31% dari rata-rata global).

Setengah (52%) dari Gen Z yang belum pernah menjadi sukarelawan ingin melakukannya untuk perjalanan di masa depan (57% wanita vs 48% pria), dan hampir setengah Gen Z menyatakan bahwa penting bagi mereka untuk memberi kontribusi ke komunitas lokal saat bepergian (44%).

Generasi yang ingin memberi dampak baik

Ketika merencanakan perjalanan, Gen Z menyatakan bahwa mereka memperhatikan dampak dari keputusan mereka terhadap bumi, dengan lebih dari setengah (54%) menyatakan bahwa dampak lingkungan dari perjalanan mereka adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan saat berpergian.

Lebih dari setengahnya (52%) akan mengunjungi destinasi yang kurang dikenal daripada destinasi populer jika itu dapat mengurangi dampak buruk bagi lingkungan. Namun, hal yang mengejutkan dari Gen Z adalah mereka mendapat nilai yang lebih rendah daripada generasi lain ketika berhubungan dengan overtourism (wisata yang berlebihan).

63% Gen Z akan mempertimbangkan untuk tidak mengunjungi sebuah destinasi jika itu akan membawa ancaman kerusakan lingkungan, sedangkan baby boomer (berusia 55+, 67%) dan Gen X (berusia 40-54) dan millennial (berusia 25-39) (keduanya 65%) berada di peringkat lebih tinggi.

Lebih dari setengah (56%) traveler Gen Z menyatakan bahwa dalam perencanaan perjalanan, mereka ingin menginap di akomodasi ramah lingkungan. Namun, nilai ini masih rendah jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu baby boomers (62%), diikuti oleh Gen X (60%), dan millennials (58%).

Baca Juga: Traveloka Suntik Modal ke Startup Singapura Ini!

A-to-B untuk Gen Z

Lebih dari setengah (51%) traveler global dari segala usia memilih untuk mengurangi jejak karbon mereka dengan membatasi jarak bepergian. Jumlah ini meningkat lebih tinggi setelah Gen Z tiba.

63% menyatakan bahwa mereka akan menggunakan alat transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti mobil rental hybrid/listrik, angkutan umum, berjalan atau bersepeda, begitu sampai di destinasi.

Meskipun wisata berkelanjutan bagi Gen Z ini sudah menuju ke arah yang lebih baik, persentase Gen Z ini masih di bawah baby boomers (68% ) dan Gen X (65%).

Meskipun Gen Z adalah generasi yang punya niat baik dan sadar akan dampak perjalanan mereka terhadap lingkungan, generasi ini masih memiliki PR besar yang harus diselesaikan. Hal ini sesuai dengan riset Booking.com yang mengungkapkan bahwa dalam beberapa aspek perjalanan, generasi lainnya memiliki nilai lebih baik.

Riset dilakukan oleh Booking.com dan dilakukan secara independen terhadap 21.807 sampel responden berusia 16 tahun atau lebih (25% berusia 16-24 tahun) di 29 pasar (termasuk masing-masing 1.000 dari Australia, Jerman, Prancis, Spanyol, Italia, China, Brasil, India, AS, Inggris, Rusia, Indonesia, Kolombia, dan Korea Selatan; dan masing-masing 600 dari Jepang, Selandia Baru, Thailand, Argentina, Belgia, Kanada, Denmark, Hong Kong, Kroasia, Taiwan, Meksiko, Belanda, Swedia, Singapura, dan Israel).

Kerja lapangan dilakukan antara 1 dan 16 Mei 2019. Survei dilakukan online. Semua riset dan rekrutmen, kecuali disebutkan sebaliknya, dilakukan oleh Vitreous World, dengan analisis dari Ketchum Analytics.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: