Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wooow... Inflasi Zimbabwe Tembus 175,66 Persen

Wooow... Inflasi Zimbabwe Tembus 175,66 Persen Kredit Foto: Unsplash/Peter Kvetny
Warta Ekonomi, Jakarta -

Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi tahunan Zimbabwe naik hampir dua kali lipat ke level tertinggi dalam 10 tahun terahir pada Juni sebesar 175,66 persen. Hal ini membangkitkan kekhawatiran akan tahun-tahun kekacauan ekonomi.

Sebagaimana dikutip dari laman trtworld.com, lembaga statistik ZIMSTATS mengatakan harga barang-barang pokok di Zimbabwe melonjak selama bulan ini mulai dari gula hingga minyak goreng, tak ketinggalan harga bahan bangunan yang naik 200 persen, sementara mata uang lokal turun nilainya.

Pada basis bulan ke bulan, indeks harga konsumen naik 39,26 persen dibandingkan dengan pada bulan Mei sebesar 12,54 persen, lebih kecil dari angka bulanan 50 persen yang akan menandai dimulainya hiperinflasi.

Baca Juga: Ini Sosok Orang Terkaya di Zimbabwe

Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa berjanji merevitalisasi sektor ekonomi ketika ia berkuasa pada tahun 2017 lalu setelah pemimpin veteran Robert Mugabe digulingkan dalam kudeta. Tetapi warga Zimbabwe masih terus mengalami krisis bahan bakar dan roti.

Zimbabwe telah meninggalkan dolar AS pada tahun 2009 setelah mencetak uang yang tak terkendali dan melambungkan inflasi hingga 500 miliar persen.

Pemerintah Mnangagwa mengejutkan pasar bulan lalu ketika membawa kembali mata uang nasional, yang menjadikan unit sementara sebagai satu-satunya alat tukar yang legal, kemudian menamainya dengan dolar Zimbabwe dan melarang penggunaan mata uang asing untuk transaksi lokal.

Mata uang nasional ini telah terdepresiasi sebesar 27,9 persen dan mencapai 8,77 terhadap dolar AS di money changer resmi pada hari Senin. Sementara di pasar gelap, greenback ditukar dengan 10,5 dolar Zimbabwe pada hari Senin.

Menteri Keuangan Zimbabwe, Mthuli Ncube, memperkirakan tingkat inflasi bulanan akan mulai turun pada bulan Oktober mendatang. Tetapi para analis telah memperingatkan bahwa tekanan inflasi akan tetap tinggi, terutama pada saat pemerintah harus meningkatkan impor makanan untuk mengatasi kekeringan yang parah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: