Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahaya, Iran di Jalur Bahaya!

Bahaya, Iran di Jalur Bahaya! Kredit Foto: Reuters/Heinz-Peter Bader
Warta Ekonomi, London -

Iran telah mengambil posisi di "jalur berbahaya" setelah merampas sebuah kapal tanker minyak Inggris, Stena Impero. Kapal itu disita pasukan Teheran di Selat Hormuz, Teluk Persia, pada hari Jumat.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Jeremy Hunt, pada hari Sabtu (20/7/2019), mengaku khawatir karena hal tersebut. Kantor berita Fars melaporkan Stena Impero telah dibawa ke pelabuhan Bandar Abbas setelah kapal tanker itu tabrakan dengan kapal penangkap ikan Iran.

"Tindakan kemarin di Teluk menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa Iran mungkin memilih jalur berbahaya dengan perilaku ilegal dan tidak stabil setelah penahanan legal Gibraltar atas (kapal tanker) minyak yang ditujukan ke Suriah," kata Hunt di Twitter mengacu pada perampasan Marinir Kerajaan Inggris terhadap kapal tanker Grace 1 milik Iran di perairan Gibraltar.

Baca Juga: Balas Dendam, Iran Rampas Kapal Tanker Minyak Inggris

"Seperti yang saya katakan kemarin, reaksi kami akan dipertimbangkan, tetapi kuat. Kami telah berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan masalah Grace 1, tetapi akan memastikan keamanan (kapal) pengiriman kami," ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Seperti diberitakan sebelumnya, Marinir Kerajaan Inggris menyita kapal tanker Grace 1 milik Iran di perairan Gibraltar pada 4 Juli atas dugaan penyelundupan minyak ke Suriah. Dugaan itu dianggap sebagai pelanggaran sanksi Uni Eropa yang dijatuhkan terhadap pemerintah Suriah.

Hunt mengaku sangat prihatin dengan hilangnya kontak antara pekerja bantuan berkebangsaan Inggris-Iran yang dipenjara, Nazanin Zaghari-Ratcliffe dan keluarganya setelah dia dipindahkan dari penjara di Teheran ke bangsal psikiatri di sebuah rumah sakit.

"Kami berharap ini berarti dia mendapatkan perawatan medis yang dia butuhkan, tetapi fakta bahwa dia telah terputus dari kontak dengan keluarganya, memberi kami alasan yang sangat memprihatinkan," lanjut tweet Menlu Inggris tersebut.

Zaghari-Ratcliffe, seorang manajer proyek untuk Thomson Reuters Foundation, ditangkap pada tahun 2016 di bandara Teheran ketika dia hendak kembali ke Inggris bersama putrinya setelah kunjungan keluarga di Teheran. Dia dihukum atas tuduhan merencanakan penggulingan rezim Iran dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

Keluarganya dan pihak Thomson Reuters Foundation—sebuah organisasi amal yang beroperasi secara independen dari Thomson Reuters dan kantor berita Reuters—membantah tuduhan itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: