Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dorong Penggunaan EBT, Elektrifikasi di Desa NTT Gunakan PLTS

Dorong Penggunaan EBT, Elektrifikasi di Desa NTT Gunakan PLTS Kredit Foto: Antara/PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah menyiapkan suplai listrik ke sejumlah pulau terpencil di Nusa Tenggara Timur yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Di Kabupaten Manggarai Barat terdapat empat titik yang telah disiapkan. Untuk Kecamatan Komodo, yakni Desa Seraya Maranu (Pulau Seraya Besar), Desa Papagarang (Pulau Papagarang ), dan Desa Pasir putih (Pulu Messa ). Sementara di Kecamatan Boleng ada Desa Batu Tiga (Pulau Boleng).

Saat ini PLTS Komunal 190 kWp sudah bisa dialirkan untuk 162 kepala keluarga di Desa Seraya Maranu, Pulau Seraya Besar. Sementara lainnya masih dalam proses pembangunan.

Baca Juga: Dorong 100% Rasio Elektrifikasi Maluku Utara, PLN Sukses Listriki Desa di Pulau Gebe

Suplai listrik di pulau-pulau tersebut menggunakan PLTS (sel fotovoltaik tenaga surya, inverter PV, inverter bidirectional, dan baterai) yang akan beroperasi 24 jam. Semua material diangkut dengan kapal melalui laut dari Jakarta-Labuan Bajo, dan lanjut ke Pulau Seraya.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Ignatius Rendroyoko menyampaikan, sumber pembangkit listrik ini menunjukan PLN melayani hingga pelosok negeri, sekaligus upaya percepatan program peningkatan rasio elektrifikasi (RE), serta peningkatan pembangunan pembangkit lisrik EBT.

"Kehadiran PLTS komunal ini untuk mempercepat melayani listrik di desa yang  belum berlistrik atau di kepulauan terisolir dan nantinya meteran yang dipakai masyarakat adalah kWh limiter yang bisa digunakan semua energi merata dipakai masyarakat," jelasnya dalam keterangannya, Senin (22/7/2019).

Baca Juga: Ribut-Ribut Penetapan Tarif Listrik, PLN Buka Suara

Sebelumnya, Desa Pasir putih (Pulau Rinca) dan Desa Komodo (Pulau Komodo) sudah berhasil dinyalakan pada Januari 2017 lalu, aparat desa kepulauan lainnya terlihat aktif menjalin komunikasi terkait pelayanan listrik di desanya, mulai dari proses survei pembebasan tanah untuk lokasi pembanguann PLTS sampai listrik menyala.

Diketahui selama ini masyarakat harus beli BBM 50 liter per bulan (Rp6.450 x 50 = Rp322.500) untuk menghidupkan genset sebulan. Namun, itu pun tidak menyala setiap saat, hanya jam 18.00 sore s.d. jam 22.00 Wita malam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: