Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor Industri TPT Semakin Menanjak, Surplusnya Ikut Melonjak

Ekspor Industri TPT Semakin Menanjak, Surplusnya Ikut Melonjak Kredit Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik nilai ekspor dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sepanjang 2019 akan menembus US$15 miliar. Target ini meningkat dibanding capaian pada tahun lalu sebesar US$13,27 miliar.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Muhdori menyatakan, industri TPT nasional masih tumbuh dengan baik. Apalagi surplusnya signifikan. Kalau pun masih ada impor, hanya bahan baku untuk diolah lagi di dalam negeri sehingga meningkatkan nilai tambah dan mendorong perekonomian nasional.

"Kinerja ekspor industri TPT nasional dalam kurun tiga tahun terakhir terus menanjak. Pada 2016, berada di angka US$11,87 miliar, kemudian di 2017 menyentuh US$12,59 miliar dengan surplus US$5 miliar. Tren ini berlanjut sampai dengan 2018 dengan nilai ekspor US$13,27 miliar," kata dia belum lama ini.

Baca Juga: Kembangkan Bisnis, BUMN Tekstil Ini Peroleh Pendanaan Rp100 Milliar

Sementara itu, pada periode Januari-Mei 2019, ekspor produk TPT nasional tercatat US$5,63 miliar atau naik dibanding capaian di periode yang sama tahun lalu di angka US$5,61 miliar. Komposisi produk yang diekspor tersebut mayoritas adalah pakaian jadi (63,1%), kemudian ada pula benang, serat, dan kain.

Menurut Muhdori, untuk mencapai target ekspor tahun ini, dibutuhkan penambahan investasi baru dan ekspansi di setiap sektor industri TPT. Peningkatan kapasitas di seluruh sektor industri TPT ini diharapkan dapat menimbulkan efek ganda, yaitu penurunan impor melalui substitusi impor dan dukungan terhadap penyerapan tenaga kerja.

"Kami memproyeksi nilai investasi yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut sebesar Rp74,5 triliun. Dari investasi ini, kami memperkirakan tenaga kerja yang diserap sektor industri TPT bisa mencapai 4,11 juta orang," paparnya.

Muhdori optimistis industri TPT nasional semakin kompetitif di kancah global karena telah memiliki daya saing tinggi. Hal ini didorong lantaran struktur industrinya sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.

"Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor pionir dalam penerapan industri 4.0," imbuhnya.

Aspirasi besar yang akan diwujudkan Indonesia adalah menjadikan industri TPT nasional masuk jajaran lima besar perusahaan kelas dunia pada 2030.

Baca Juga: Kejar Target Ekspor US$15 miliar, Industri TPT Diminta Segera Terapkan Teknologi 4.0

Saat ini, potensi industri TPT nasional didukung dari sektor hulu, yakni sebanyak 33 industri dengan kapasitas produksi 3,31 juta ton per tahun. Kemudian di sektor antara, ditopang melalui 294 industri untuk pemintalan (spinning) dengan kapasitas produksi 3,97 juta ton per tahun, kemudian ditunjang pula dari sektor weaving, dyeing, printing dan finishing sebanyak 1.540 industri skala besar serta 131 ribu industri kecil dan menengah (IKM) dengan total kapasitas produksi 3,13 juta ton per tahun.

Sementara itu, di sektor hilir, terdapat produsen pakaian jadi dengan jumlah 2.995 industri skala besar dan 407 ribu IKM. Total kapasitas produksi mencapai 2,18 juta ton per tahun. Produsen tekstil lainnya dengan jumlah 765 industri dan kapasitas produksi 0,68 juta ton per tahun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: