Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

2035, China dan India Akan Melampaui AS

2035, China dan India Akan Melampaui AS Kredit Foto: Reuters/Gary Cameron
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bloomberg hari ini, Rabu (24/7/2019), merilis hasil survei global New Economy, yang mengumpulkan pendapat dari 2.000 pelaku bisnis profesional di 20 pasar mengenai apa yang akan terjadi di masa depan ketika keseimbangan kekuatan global bergeser ke arah ekonomi baru.

Dihadapkan dengan serangkaian prediksi dunia di tahun 2035, survei tersebut mengungkapkan sentimen para pelaku bisnis profesional dari negara-negara berkembang dan maju tentang beragam masalah, seperti peran teknologi, urbanisasi dan perubahan iklim.

"Patut dicatat bahwa negara berkembang lebih optimis daripada negara maju tentang kekuatan teknologi membentuk dunia yang lebih baik di tahun 2035," kata Andrew Browne, direktur editorial Bloomberg New Economy Forum, Rabu (24/7/2019).

"Negara-negara berkembang pada umumnya melihat teknologi sebagai peluang, sementara negara maju lebih menagaggap teknologi sebagai ancaman."

Baca Juga: Pembuat Robot China Incar US$500 Juta di New York Stock Exchange

Temuan-temuan utama dari survei:

1. China dan India akan unggul dari AS

Mayoritas masyarakat Indonesia (64 persen) sangat setuju atau setuju bahwa pada 2035, China dan India akan melampaui Amerika Serikat (AS) sebagai pusat inovasi teknologi dunia. Persentase ini lebih tinggi dari 54 persen rata-rata global dan responden di negara maju (49 persen), termasuk AS yang sangat setuju atau setuju dengan prediksi bahwa Tiongkok dan India akan melampaui AS di bidang teknologi.

2. Tingkat Optimisme Beradaptasi dengan AI

Terdapat tingkat optimisme yang tinggi tentang kemampuan beradaptasi dengan AI. Di seluruh kawasan ASEAN, rata-rata 70 persen responden yang disurvei sangat setuju atau setuju dengan lifelong learning atau pembelajaran seumur hidup dapat mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dengan Indonesia sebesar 69 persen.

Baca Juga: Rusia, China, dkk Kembangkan Kripto untuk Tantang AS

Berdasarkan perbandingan 64% rata-rata global, Vietnam berada di urutan teratas (77 persen), diikuti oleh Malaysia (76 persen) dan Singapura 59 persen). Di negara berkembang, 72 persen sangat setuju atau setuju bahwa lifelong learning, yang biasanya disampaikan melalui teknologi
seluler, akan menjadi metode yang berhasil untuk menghadapi tantangan pasar kerja
yang diusulkan oleh AI.

3. Cyber War

Terdapat konsensus global yang kuat bahwa jika terjadi perang dunia lagi, maka
kemungkinan akan menjadi cyber war atau perang dunia maya. Secara global, 68 persen responden sangat setuju atau setuju dengan prediksi ini. Ketakutan negara berkembang (72 persen sangat setuju atau setuju) lebih tinggi dibandingkan negara
maju (dimana 61 persen sangat setuju atau setuju), tetapi kekhawatiran tersebut
sifatnya mendunia.

Di ASEAN, 65 persen responden Indonesia sangat setuju atau setuju, di mana 87 persen di Vietnam dan 70 persen di Malaysia dan Singapura.

Baca Juga: Perang Siber Memanas, Iran dan China Bersatu Lawan AS

4. Pada 2035 iklim cuaca akan mencapai point of no return

Hanya seperempat responden Indonesia (26 persen) yang setuju bahwa pada tahun
2035 iklim cuaca akan mencapai ‘point of no return’ atau titik tidak bisa diubah
kembali.

5. Emansipasi Wanita

65 persen responden ASEAN sangat setuju atau setuju bahwa emansipasi wanita di
negara berkembang akan membawa kebangkitan ekonomi. Hal ini lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan 57 persen rata-rata global. Responden di Indonesia
(64 persen) memiliki tingkat persetujuan tertinggi ke-2 di antara negara-negara ASEAN
lainnya. Sementara, Vietnam memiliki yang terkuat (78 persen).

6. Uang Tunai Akan Tergantikan

Di seluruh dunia, terbentuk konsensus bahwa uang tunai akan tergantikan, tetapi responden Indonesia memiliki pandangan yang berbeda. Secara gobal, 52 persen responden sangat setuju atau setuju bahwa perkumpulan negara G-10 tidak akan lagi menggunakan uang tunai sebagai media pertukaran pada tahun 2035. Negara-negara berkembang lebih setuju (54 persen sangat setuju atau setuju) dengan prediksi perubahan ini dibandingkan dengan negara maju (48 persen sangat setuju atau setuju).

Baca Juga: Inilah Tujuh Keuntungan Jadi Cashless Society

Tom Orlik, Kepala Ekonom Bloomberg mengatakan, yang terlihat jelas di sekitar Beijing dan New Delhi juga terbukti dalam hasil survei – para profesional ekonomi baru punya memiliki pandangan yang jelas atas perubahan pusat gravitasi ekonomi global.

"Seiring pergerakan mereka merebut peluang yang diwakili oleh kekuatan pasar baru dan kemajuan teknologi baru, arus bakat dan modal akan mempercepat kenaikan ekonomi baru," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: