Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lewat Innovating Jogja, Kemenperin Lahirkan Startup Inovatif di Sektor Kerajinan dan Batik

Lewat Innovating Jogja, Kemenperin Lahirkan Startup Inovatif di Sektor Kerajinan dan Batik Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan wirausaha baru skala industri kecil dan menengah (IKM) merupakan salah satu program strategis Kementerian Perindustrian. Sebab, sektor tersebut terus memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

Salah satu upaya yang dilakukan Kemenperin adalah menyelenggarakan Innovating Jogja, sebuah kompetisi bagi IKM kerajinan dan batik di kota yang menjadi salah satu pusat pertumbuhan sektor tersebut.

"Guna melahirkan wirausaha baru, Kemenperin menyelenggarakan Innovating Jogja yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara, belum lama ini.

Baca Juga: Sila Butik Batik Madura, Koleksi Busana Pesohor Hingga Gempur Pasar Ekspor

Ngakan menyebutkan Indonesia membutuhkan sedikitnya empat juta wirausaha baru untuk turut menguatkan struktur perekonomian nasional saat ini. Pasalnya, rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3,1 persen dari total populasi penduduk.

"Meskipun rasio wirausaha di Indonesia sudah melampaui standar internasional, yakni sebesar dua persen, namun masih perlu terus digenjot lagi untuk mengejar capaian negara tetangga. Apabila dihitung dengan populasi penduduk Indonesia sekitar 260 juta jiwa, jumlah wirausaha nasional mencapai 8,06 juta jiwa," tambahnya.

Ngakan optimistis, gelaran Innovating Jogja mampu menghasilkan startup kerajinan dan batik di Yogyakarta yang produktif, inovatif, dan kompetitif. Hal ini lantaran mereka dapat menggunakan fungsi alih teknologi dan inkubasi hasil-hasil litbang yang diciptakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta sebagai salah satu balai di bawah BPPI Kemenperin.

"Innovating Jogja juga sebagai upaya untuk merebut peluang dari adanya momentum bonus demografi yang akan dinikmati oleh Indonesia. Selain itu, kesiapan kita memasuki era industri 4.0, sesuai penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, yang membutuhkan banyak wirausaha muda sekaligus SDM industri yang kompeten dan melek teknologi," tambah dia.

Merujuk data Kemenperin, industri batik turut mendorong pertumbuhan gemilang di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I tahun 2019, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98%. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07% di periode yang sama.

Selain itu, ekspor batik Nusantara tercatat senilai US$52,44 juta pada tahun 2018. Kemenperin menargetkan nilai ekspor batik nasional dapat meningkat hingga 6-8 persen pada tahun 2019. Industri batik juga menjadi salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan, dengan didominasi oleh IKM yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja di sektor industri batik sebanyak 212 ribu orang.

Kemenperin juga mencatat, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai US$823 juta, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$820 juta. Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yaitu lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.

Baca Juga: Tembus Pasar Dunia, Ekspor Batik Ditargetkan Tumbuh 8%

Pilih 10 Peserta

Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati menyampaikan, pihaknya telah menyelenggarakan acara Penghargaan Pemenang Innovating Jogja dan Diseminasi Hasil Litbang Tahun 2019 pada 26 Juli 2019. Pada kesempatan itu, BBKB Yogyakarta telah mengumumkan 10 peserta yang masuk tahap inkubasi Innovating Jogja 2019.

Kesepuluh peserta tersebut, yakni Adam Amrullah (Naray) - Sepatu berbahan upper stagen dengan bahan rubber sole, Bayu Ratna Dini (Diby Leather) - Marbling pada produk kulit, Elsana Bekti Nugroho (Arane) - Fashion bag batik kombinasi eco print zwa pada kulit, dan Galuh Irawati Kusumaningrum (RaMundi Batik) - Aplikasi zat warna alam pada produk baby jumper batik.

Selanjutnya, Gilang Cahyono Adji (Valey) - Tas gunung/carrier batik outdoor zat warna alami, Hasan Agus Wiratomo (Modust Art and Craft) - Souvenir khas Yogyakarta berbahan limbah kayu, Iswanto (Giowari Putra Craft) - Kerajinan dari bahan limbah tongkol jagung, Matius Indarto (Prajan Eco) - Kain paduan eco print dan rush pada kain, Miftahudin Nur Ihsan (Smart Batik) - Kain batik zat warna alam dengan desain komunitas, dan Usnul Khotimah (Djad Batik) - Batik untuk fesyen bergaya Korea.

"Para pemenang Innovating Jogja akan mendapatkan pendampingan teknis dan manajemen, serta monitoring usaha. Selain itu juga mereka mendapat bantuan fasilitas produksi sebesar Rp20 juta," kata Titik.

Peserta yang hadir pada kesempatan ini, terdiri dari para pelaku industri, institusi pemerintah dan swasta, akademisi, serta pemerhati dan para asosiasi yang terkait dengan industri kerajinan dan batik yang berasal dari Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Dalam rangkaian acara juga diselenggarakan kegiatan diseminasi enam hasil litbang di bidang kerajinan dan batik, yaitu Pengembangan Teknik Arashi Batik untuk Bahan Sandang, Budidaya Ulat Sutra Eri dari Kulon Progo, Pemanfaatan Kayu Karet untuk Produk Meubelair, Bambu Laminasi untuk Produk Building, CNC Router Kayu dan Bambu, serta Rekayasa Alat Pintal Limbah Serat Rami (Boehmeria nivea).

Kegiatan diseminasi itu bertujuan untuk menyebarluaskan informasi sekaligus mengenalkan berbagai hasil penelitian dan pengembang teknologi bahan baku, proses, desain dan produk kerajinan dan batik.

"Hasil litbang yang dihasilkan oleh BBKB harus dapat diterapkan di industri dan mampu menjadi problem solver bagi industri," kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: