Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aplikator Ojol Merah Putih Dianggap Lebih Aman Daripada . . .

Aplikator Ojol Merah Putih Dianggap Lebih Aman Daripada . . . Kredit Foto: Antara/Audy Alwi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gojek menjadi layanan transportasi online paling dipilih konsumen. Aplikator merah putih itu unggul dalam empat faktor penentu kelayakan sarana transportasi publik dibandingkan merek lainnya di industri yang sama.

 

Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) yang diumumkan di Batik Kuring, Jakarta, Selasa (30 Juli 2019). Survei bertajuk “Preferensi Konsumen terhadap Layanan Moda Transportasi Darat Urban di Indonesia” itu mengungkapkan empat faktor penting yang menjadi alasan konsumen memilih moda transportasi. 

 

Praktisi Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia sekaligus Ketua KKI, David Tobing, mengungkapkan empat faktor dimaksud terdiri atas: keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan keterjangkauan.

 

“Moda transportasi perkotaan saat ini semakin baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Namun demikian, tidak hanya transportasi harus saling terintegrasi, tapi transportasi urban juga harus mengarusutamakan aspek keamanan dan kenyamanan bagi penumpang,” ungkap Praktisi yang juga mewakili Indonesia di PBB dalam diskusi Kebijakan dan Hukum Perlindungan Konsumen di Genewa awal Juli 2019 itu.

 

Baca Juga: Gojek Klaim Kuasai 40% Market Share Vietnam

 

Hasil survei mencatat, Gojek lebih aman di Kategori Transportasi Online. Preferensi konsumen untuk memilih layanan Go-Jek ditunjukkan David lebih tinggi, yaitu mencapai 36% dari total responden sedangkan pengguna layanan Grab menunjukkan angka 32%, dan yang memanfaatkan keduanya mencapai 32%.

 

Sejumlah faktor yang mendukung preferensi konsumen untuk lebih memilih brand asal merah putih. Di antara pengguna ojek online, survei menunjukkan layanan Go-Ride dari Go-Jek dinilai lebih aman (56%), lebih dapat diandalkan (55%), lebih ramah (53%) serta lebih nyaman dan bersih (53%). 

 

Sementara kompetitornya di industri ini, Grab Bike, diapresiasi dengan skor 44% untuk aspek keamanan, 45% pada aspek kehandalan layanan, 47% pada aspek keramahan, dan 47% pada aspek kenyamanan dan kebersihan. 

 

Di satu sisi, survei mencatat preferensi konsumen untuk memilih layanan Grab lebih tinggi pada aspek keterjangkauan tarif (lebih murah), yakni mencapai 53%, dibandingkan Go-Jek yang mencatat angka 47%.

 

Baca Juga: Survei: Konsumen Lebih Suka Go-Jek Dibanding Grab

 

Di layanan taksi (roda empat) online, perbandingan pemenuhan hak konsumen semakin terlihat jelas. Di antara pengguna taksi online, Go-Jek memiliki tingkat preferensi konsumen lebih tinggi daripada Grab pada semua aspek, yaitu pada aspek keterjangkauan tarif (54%), aspek keamanan (59%), kehandalan layanan (60%), keramahan (57%), dan kenyamanan serta kebersihan (59%).

 

David, yang pernah menjadi anggota Badan Perlindungan Konsumen (BPKN) periode 2013-2016, melanjutkan tingkat penggunaan yang tinggi pada layanan transportasi online ternyata juga diikuti oleh risiko keamanan dan keselamatan. 

 

Risiko dialami konsumen itu terkait kecelakaan, kekerasan, pelecehan dan kehilangan. ”Berdasarkan survei KKI, kami temukan konsumen yang mengaku menghadapi risiko ini lebih banyak dialami saat menggunakan jasa Grab daripada Go-Jek,” ungkapnya. 

 

Maka berdasarkan pengalaman konsumen terkait risiko kecelakaan dan keselamatan yang dialami itu, menurutnya, konsumen mengaku lebih sering menggunakan layanan Go-Jek karena memiliki risiko yang lebih rendah.

 

KKI mencatat dalam surveinya bahwa jumlah penumpang yang mengaku pernah mengalami kecelakaan pada layanan Grab-Bike tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 8,8% daripada yang terjadi di layanan Go-Ride (6,6%). 

 

Baca Juga: Kemenhub Sarankan Grab Tiru Go-Jek Soal Aspek Keselamatan

 

Selain itu, responden yang mengakui pernah mengalami kekerasan pada layanan Grab-Bike juga tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 6,4% daripada yang dialami pada layanan Go-Ride (5,3%).

 

Sementara itu, perbandingan tingkat risiko keamanan di Taksi Online yang dioperasikan oleh kedua aplikator tersebut semakin jauh, di mana Grab-Car (3,7%) memiliki tingkat risiko kecelakaan nyaris dua kali lipat lebih tinggi daripada risiko yang pernah dialami responden pengguna layanan Go-Car (1,9%).

 

Demikian juga pada risiko pelecehan, jumlah pengguna Grab-Car yang mengaku mengalami pelecehan tercatat nyaris dua kali lipat lebih tinggi, yaitu 3,5% dibandingkan jumlah pengguna layanan Go-Car (1,9%).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: