Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Like di Instagram Hilang, Influencer Marketing Terancam?

Like di Instagram Hilang, Influencer Marketing Terancam? Kredit Foto: The Verge
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada awal tahun ini, Instagram menguji coba menghilangkan jumlah suka (like) pada posting-an di aplikasi itu. Percobaan itu dimulai di Kanada dan telah melebar ke beberapa negara, seperti Australia, Brazil, Irlandia, Italia, Jepang, dan Selandia Baru. Lalu, sebenarnya apa tujuan dari kebijakan tersebut?

Hasil riset dari 'The Royal Society for Public Health' di Britania Raya menunjukkan adanya kelemahan dalam aplikasi Instagram yang berubah menjadi destruktif untuk kesehatan mental para penggunanya.

Pilihan like di Instagram telah menjadi perangkat validasi diri oleh para pengguna untuk diterima secara sosial (social approval) melalui konten yang mereka unggah. Tombol like Instagram menjadi sesuatu yang sangat kuat sampai mendapatkan jumlah like sebanyak-banyaknya menjadi tolak ukur harga diri seseorang.

Sebaliknya, orang-orang yang mendapatkan sedikit like dapat merasa depresi dan menurunkan tingkat kepercayaan diri. Fenomena yang terjadi ini menjadi perhatian sendiri untuk Instagram agar dapat memperbaiki pengalaman pengguna dengan aplikasi tersebut.

Baca Juga: Influencer Kecewa Tampilan Like di Instagram Hilang

Proses Pemasaran Berbasis Influencer Juga Terdampak

Hilangnya like mungkin akan menjadi hal yang baik untuk membuat suasana platform tersebut menjadi lebih sehat. Namun, itu juga akan memengaruhi jalannya pemasaran dari para influencer di kemudian hari.

"Sebenarnya, hilangnya like ini bukan sebuah masalah besar, tapi like ini sudah menjadi tolak ukur untuk sebuah merek atau agensi untuk bekerja sama dengan saya," ungkap salah satu influencer Reza Pahlevi dalam keterangan resmi yang Warta Ekonomi terima, Jumat (2/8/2019).

Menurut Reza, merek atau agensi akan berpikir dua kali untuk bekerja sama dengan influencer jika hanya dilihat dari jumlah pengikut. Sebab, saat ini sangat mudah untuk membeli pengikut di Instagram.

Ia pun menyarakankan agar Instagram mengembalikan algoritma posting-an berdasarkan kronologis waktu.

"Daripada menghapus salah satu metrik performa terpenting yang dapat mengukur seberapa baik kinerja influencer tersebut," tambahnya.

Potensi Instagram Story untuk Pemasaran Berbasis Influencer

Berdasarkan temuan lembaga 99Firms, ada sekitar 250 juta pengguna aktif dari Instagram Stories. Jika Instagram menghilangkan fitur like secara global, Instagram Stories dianggap akan mencapai puncaknya karena lebih efektif dibandingkan pemasaran lewat posting-an.

Dengan fitur geser ke atas (swipe up link), merek dan agensi akan lebih mudah memantau kinerja dan mengakses pengembalian investasi (return on investment/ROI) dengan kemungkinan curang yang kecil dari sang influencer.

Baca Juga: 3 Atlet Sepak Bola dengan Akun Instagram Termahal, Siapa Saja?

"Perubahan ini jelas akan membuat orang beranggapan bahwa Instagram dan isinya lebih dari sekadar media placement," kata Oddie Randa, COO Gushcloud International, perusahaan pemasaran digital.

Pembaruan itu akan membuat merek perlu mempertimbangkan influencer lebih dari jumlah suka dan pengikutnya. Ada penilaian yang bisa diambil dari segi impresi atau total klik yang bisa mereka hasilkan, misalnya.

"Marketers akan terdorong untuk melihat Instagram influencer sebagai key opinion leaders sesungguhnya dan menggunakan konten dan mengukurnya dengan kreativitas yang berfokus pada kualitas engagement," tambah Oddie. 

Pada akhirnya, influencer, merek, dan juga agensi harus siap beradaptasi dengan pendekatan baru di platform tersebut, sebab begitulah teknologi bekerja, dinamis, dan terus berubah. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: