Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jangan Anggap Remeh Polusi Udara, Ini Seruan Ahli

Jangan Anggap Remeh Polusi Udara, Ini Seruan Ahli Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam sepekan terakhir, kualitas udara di kota besar di Indonesia semakin buruk. Begitu pun dengan Jakarta. Jika mengacu pada data AirVisual dapat terlihat Air Quality Index (AQI) kota tersebut mencapai 184 atau masuk kategori tidak sehat. Hal itu membuat Jakarta mendapat predikat kota dengan polusi udara terparah di dunia.

Perlu diperhatikan, polusi udara merupakan ancaman kesehatan di banyak negara. Peningkatan polusi udara dapat disebabkan mobilitas masyarakat perkotaan yang semakin kompleks dan dinamis, sehingga memengaruhi perubahan lingkungan. 

Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), dr. Agus Dwi Susanto, menggarisbawahi penggunaan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat turut memperparah kualitas udara Jakarta. Ia juga menyebut asap dari kendaraan bermotor sebagai penyumbang utama.

"Tingginya jumlah kendaraan bermotor di perkotaan menyebabkan masyarakat memiliki konsekuensi terpapar polutan berbahaya, dari gas emisi kendaraan maupun partikel debu di jalanan. Gas emisi kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber polusi udara tertinggi di Jakarta,” sebut Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) selaku Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat acara peluncuran produk Nexcare di hotel Aston Kuningan, Jakarta, Senin (5/8/2019).

Lanjut dia, diharapkan setiap warga Jakarta agar memerhatikan kesehatan diri masing-masing, khususnya kesehatan pernapasan, guna pencegahan ke arah penyakit yang merugikan.

“Konsekuensi inilah yang menyebabkan masyarakat kota Jakarta dan perkotaan lainnya perlu melakukan upaya pencegahan yang tepat dari dampak kualitas udara yang buruk," tambah dia.

Pada sebagian orang tertentu, lanjut dr. Agus, khususnya anak-anak, ibu hamil, pekerja luar ruangan, dan orang yang punya riwayat penyakit seperti paru-paru dan asma perlu menjaga dirinya dari udara yang buruk. Sebab, mereka dapat dikategorikan ke dalam kelompok sensitif tertentu. Mereka dapat menggunakan masker untuk mengurangi jumlah udara yang terhirup melalui hidung.

"Air quality index 0-50 sehat, 50-100 itu sedang, 100-150 termasuk sensitif pada kelompok tertentu dan harus diwaspadai. Siapa saja? Anak-anak, ibu hamil, pekerja luar ruangan, orang yang memiliki penyakit paru, jantung, asma. 150 ke atas itu hati-hati, tidak sehat. Di atas 200 bisa dikatakan sangat buruk," tuturnya. 

Dirinya menyampaikan, umumnya, kualitas udara Jakarta berubah-ubah tiap harinya. Perubahan amat tergantung pada polutan, kendaraan, arah angin hingga mobilitas masyarakat dengan kendaraan bermotor yang semakin tinggi dan dapat memperburuk kualitas udara.

"Semua kualitas udara itu berbeda dari hari-hari. Tergantung polutan, kendaraan, arah angin. Kalo lagi libur, nggak ada kendaraan itu kualitas udata bagus tapi kalo peak season dan banyak kendaraan, kualitas udara buruk," jelas dia.

Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI itu juga memberi informasi bahwa polusi udara tak hanya berasal dari luar ruangan, juga dalam ruangan yang belum diketahui banyak orang. Seperti halnya merokok sebagai sumber polusi udara nomer satu dalam ruangan, prodak domestik yaitu aktivitas memasak dengan minyak dan kompor gas yang mengeluarkan asap. Mesin-mesin elektrik seperti printer yang mengeluarkan emisi, pemanas ruangan hingga bakteri dan virus karena kelembapan ruangan.

"Dampak kesehatan dalam dan luar ruangan hampir sama. Yang paling sering menimbulkan iritasi. Kalau sudah diambang batas, iritasi bisa menimbulkan batuk, sakit tenggorokan, bersin-bersin, dahak. Satu tanda kualitas udara nggak bagus itu kalo masuk ruangan, langsung bersin-bersin dan kalo didiamkan bisa infeksi akut, asma dan ISPA,” pungkasnya. 

Polusi udara, baik di luar maupun di dalam ruangan sama-sama dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka pendek dan panjang, mulai iritasi hingga kanker, jantung dan stroke, tambah dr. Agus.

“Dampak jangka panjang yang sering muncul adalah kalo polutan tersebut muncul dan dihirup bertahun-tahun. Muncul risiko terjadinya kanker paru, asma karena didalamnya mengandung karsinogen dan kalo masuk ke pembuluh darah bisa picu kanker dan jangka panjangnya itu bisa jantung dan stroke," imbuh dr. Agus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: