Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Mulai Terseok-Seok, Tapi Rupiah Sudah Pasti Keok!

Dolar AS Mulai Terseok-Seok, Tapi Rupiah Sudah Pasti Keok! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar dolar AS mulai kelelahan setelah bergerak agresif sepanjang awal pekan kemarin. Bak terkena sentimen teknikal, kini dolar AS justru bergerak dengan kecenderungan melemah di hadapan mata uang dunia. 

Beberapa mata uang seperti euro, poundsterling, dolar New Zealand, dan franc Swiss berhasil membuat dolar AS tunduk. Begitu pun juga dengan mata uang Asia yang sudah menunjukkan geliat perlawanan terhadap dolar AS, seperti yuan, dolar Hongkong, won, dolar Singapura, dan dolar Taiwan.

Baca Juga: Bagaikan Nasi Sudah Menjadi Bubur, Rupiah Terima Nasib Saja!

Adapun untuk jajaran mata uang Benua Kuning yang masih tertekan meliputi yen, dolar Singapura, dan tentu saja rupiah. 

Ya, untuk ke sekian kalinya rupiah menyandang status sebagai mata uang terlemah di dunia dan Asia. Bagaimana tidak, sejak pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah sudah terkoreksi 0,35% ke level Rp14.300 per dolar AS.

Baca Juga: Saat AS-China Lanjut Berperang, Akankah BPS Jadi Penyelamat Rupiah?

Terhitung hingga pukul 09.41 WIB, koreksi rupiah menebal signifikan menjadi 0,63% ke level Rp14.345 per dolar AS. Kemudian, rupiah juga mendapat tekanan luar biasa dari dolar Australia (-0,97%), euro (-0,88%), dan poundsterling (-0,76%). 

Sebagai informasi, mayoritas mata uang Asia yang mulai berbalik menyerang dolar AS didukung oleh sentimen perlawanan dari pihak China untuk pemerintahan AS. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun WE Online, China memutuskan untuk menghentikan pembelian produk agrikultur dari sebagai balasan dari kebijakan Trump perihal kenaikan tarif impor atas barang-barang China yang masuk ke Negeri Paman Sam.

Baca Juga: Gawat! Investor Bakar IHSG hingga Minus 1,50%, Alasannya Ngeri Banget!

Melihat keberanian pemerintah China, pelaku pasar mulai mengambil langkah menjauh dari dolar AS dan beralih pada aset-aset safe haven alternatif. 

Sayang seribu sayang, rupiah belum dapat bergabung dalam koalisi mata uang Asia melawan dolar As. Pasalnya, rupiah sendiri masih terganjal oleh sentimen domestik, yakni rilis data ekonomi yang hanya tumbuh 5,05% (yoy) di kuartal II 2019.

Padahal, pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,07%. Alhasil, rupiah turut ditekan oleh mata uang serumpun Asia, seperti won (-0,85%), yuan (-0,70%), dolar Hongkong (-0,66%), dolar Singapura (-0,63%), dolar Taiwan (-0,58%), baht (-0,47%), dan yen (-0,46%).  

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: