Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

2 Penembakan Brutal di Amerika Serikat, Obama Kritisi Pemerintahan Trump

2 Penembakan Brutal di Amerika Serikat, Obama Kritisi Pemerintahan Trump Kredit Foto: Foto/Reuters
Warta Ekonomi, Washington -

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengomentari gaya kepemimpinan pemerintah AS saat ini pada sebuah tweet yang diposting Senin sore, usai terjadi penembakan di El Paso, Texas, dan Dayton, Ohio, yang menewaskan 20 orang dan puluhan lainnya terluka.

 

"Kita harus dengan tegas menolak bahasa yang keluar dari mulut para pemimpin kita yang memberi rasa takut dan kebencian atau menormalkan sentimen rasis; para pemimpin yang menjelekkan orang-orang yang tidak terlihat seperti kita, atau menyarankan orang lain, termasuk imigran, mengancam cara hidup kita, atau menyebut orang lain tidak manusiawi atau menyiratkan bahwa Amerika hanya milik satu kelompok,” tulis Obama tanpa menyebut nama dalam pernyataannya.

 

"Bahasa seperti itu bukan hal baru—itu merupakan akar dari kebanyakan tragedi manusia sepanjang sejarah, di sini di Amerika dan di seluruh dunia," bebernyaa.

 

Penembakan di El Poso, Amerika Serikat.

 

Saat kepimpinannya delapan tahun menjadi orang nomor satu di Amerika, Obama menyuarakan "hukum senjata akal sehat" namun tidak membuat kemajuan yang signifikan, undang-undang kontrol senjata gagal melewati Senat setelah penembakan Sandy Hook. Obama dan mantan ibu negara Michelle Obama menyampaikan belasungkawa kepada keluarga-keluarga korban.

 

Kritikan yang dilontarkan Obama tak lama usai pernyataan Trump di Gedung Putih, menanggapi dua penembakan selama akhir pekan.

 

"Pembantaian biadab ini merupakan serangan terhadap komunitas kita, serangan terhadap bangsa kita dan kejahatan terhadap seluruh umat manusia," papar Trump. "Dengan satu suara, bangsa kita harus mengutuk rasisme, kefanatikan, dan supremasi kulit putih."

 

Karena dua penembakan massal ini telah memicu perdebatan, mantan Presiden AS Bill Clinton juga berkomentar.

 

"Berapa banyak lagi orang yang harus mati sebelum kita mengembalikan larangan senjata serbu," cuitnya.

 

Seperti yang telah diwartakan, pada Senin sore, Departemen Kepolisian El Paso memperbarui jumlah orang yang tewas menjadi 22 dengan belasan lainnya terluka. Terhitung ada 9 orang terbunuh di Ohio sebelum polisi membunuh pelaku. Ada 27 orang yang juga terluka dalam penembakan itu, yang terjadi kurang dari 24 jam setelah penembakan Texas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: