Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pria AS Rela Tempuh Dua Hari Perjalanan Demi Lakukan Penghormatan

Pria AS Rela Tempuh Dua Hari Perjalanan Demi Lakukan Penghormatan Kredit Foto: SINDOnews
Warta Ekonomi, Washington -

Greg Zanis, pria asal Illinois, Amerika Serikat (AS), rela menempuh perjalanan selama dua hari untuk meletakkan salib bagi para korban penembakan pada akhir pekan lalu. Ia menjadi bagian dari masyarakat AS yang turut menyaksikan kengerian di El Paso, Texas, dan Dayton, Ohio, saat terjadi penembakan massal di dua kota tersebut.

Mengendarai mobil, Greg Zanis melakukan perjalanan ke El Paso, di mana ia menghabiskan waktu beberapa jam untuk meletakkan salib di sebuah lokasi peringatan darurat bagi para korban penembakan. Salib putih itu menampilkan nama-nama para korban dan sebuah hiasan berbentuk hati.

Ia akan segera menuju ke Dayton untuk melakukan hal yang sama untuk para korban dan kerabatnya.

"Saya merasa sangat berkepentingan berada di sini untuk keluarga," ucap Zanis.

"Kami berbicara tentang pria bersenjata itu, tetapi hari ini akan berubah, kita akan mulai berbicara tentang keluarga dan para korban," jelasnya seperti dikutip dari Fox News, Selasa (6/8/2019).

"Kau tahu, aku harus melihat dan menyaksikan kota tempatku berada saat ini," sebut Zanis, merujuk pada bagaimana tindak kekerasan besar yang biasa terjadi di seluruh AS. 

"Tidak lama setelah aku berangkat, sekarang aku harus pergi ke Ohio," tambahnya.

Zanis melakukan penghormatan serupa di Las Vegas untuk para korban penembakan Route 91 Harvest Festival yang menewaskan 58 orang pada 2017. Dia mengatakan dirinya berharap salib di El Paso akan dihiasi dengan foto-foto para korban dan tanda tangan dari pengunjung.

"Akan ada bunga dan gambar pada mereka. Saya memberi mereka (keluarga para korban) satu-satunya hal yang akan mereka tinggalkan," ujarnya.

Pada hari Sabtu, seorang pria bersenjata menewaskan sedikitnya 22 orang ketika dia menembaki Walmart di El Paso. Beberapa jam kemudian, yang lain di Dayton menewaskan sembilan orang di distrik hiburan.

Tersangka pelaku penembakan di El Paso, Patrick Crusius (21) didakwa melakukan pembunuhan berencana. Sementara Connor Betts (24) diidentifikasi sebagai penembak yang meninggal di Dayton.

Pihak berwenang percaya Crusius, yang berasal dari Allen, Texas, memposting manifesto anti-imigran yang meratapi "invasi" orang-orang Hispanik. Ini menandakan bahwa ia kemungkinan menargetkan orang-orang Latin.

El Paso secara konsisten telah dinilai sebagai salah satu kota teraman di Amerika, meskipun dekat dengan Cuidad Juarez, Meksiko, yang dianggap salah satu kota paling berbahaya.

"Ini masih kota teraman di negeri ini; hanya karena mereka memiliki satu penembakan itu tidak mendefinisikan El Paso. Kamu menyaksikan cinta yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan kamu lihat di sini di peringatan ini" ungkap Zanis.

"Ketika Anda memiliki pilihan untuk mengikuti kemarahan atau mengikuti cinta, saya katakan mari kita ikuti cinta dan saling mencintai," imbuh Zanis kepada kedua pelaku penembakan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: