Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Lagu 'Bodo Amat' Young Lex, Kominfo Bilang. . .

Soal Lagu 'Bodo Amat' Young Lex, Kominfo Bilang. . . Kredit Foto: (Foto: Instagram)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Psikolog bernama Dedy Susanto belum lama ini mengkritik lagu milik Young Lex feat Sexy Goath & Italiani, berjudul 'Bodo Amat'. Kritikan ditujukan kepada pria bernama asli Samuel Alexander Pieter karena lirik lagu tersebut dianggap tidak mendidik. Namun, kritikan yang dilayangkan Dedy tak didengar oleh Young Lex, bahkan cenderung ditantang balik oleh pria 27 tahun tersebut.

 

3riumrau3sk2n2wp98xu_13449.jpg

 

Karena tak didengar, sang psikolog akhirnya membuat sebuah surat yang berisi himbauan untuk masyarakat melakukan aduan ke Kominfo, agar menutup video milik Young Lex yang sedang trending tersebut.

 

"Bodo amat.. Bacot amat.. Ini ditiru murid ke gurunya, anak ke orang tuanya. Kami memohon bantuan teman-teman semua disini, mohon bantu kami email ke KOMINFO," tulis Dedy Susanto pada 2 Agustus 2019 kemarin.

 

"Bahwa kami memohon agar video Young Lex di Youtube yang sedang trending itu bisa segera ditutup oleh Kominfo," sambungnya.

 

Karena banyaknya desakan masyarakat yang menganggap bahwa lirik lagu tersebut tidaklah mendidik, membuat Kominfo menanggapi dengan cepat hal itu. Bahkan mereka telah melaporkan video milik Young Lex kepada pihak Youtube.

 

lum1h2h5gepf190d0jxx_20884.jpg

 

Seperti diketahui, Dedy Susanto awalnya mengirimkan pesan melalui direct messages Instagram pada Young Lex terkait lirik lagu 'Bodo Amat' tersebut.

 

Namun, pria berdarah Batak dan Ambon ini meminta agar Dedy menyertakan bukti real berupa video saat anak-anak mengucapkan kalimat 'Bodo Amat Bacot Amat'.

 

"Saya minta bukti data realnya dong, bukan dari asumsi dan kata orang. Yang Anda maksud banyak itu berapa ya? Sebut secara signifikan. Terima kasih pak dokter," jelas Young Lex.

 

"Yang pasti setiap angka yang terhitung harus ada bukti realnya berupa video. Apabila ada 1.000 anak, berarti saya minta ada 1.000 video anak yang berbeda," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Bagikan Artikel: