Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pentingnya ASI untuk Balita, Peran Ayah Juga Dibutuhkan, Alasannya. . .

Pentingnya ASI untuk Balita, Peran Ayah Juga Dibutuhkan, Alasannya. . . Kredit Foto: (Foto: Familyeducation)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dengan adanya seorang ayah sangat dibutuhkan dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif oleh seorang ibu. Pada saat ada sentuhan suami, seorang ibu akan makin semangat dan nyaman menyusui si kecil.

 

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan diwajibkan guna mendukung tumbuh kembang si kecil. Agar mendapatkan nutrisi yang cukuo, bayi harus mendapatkan ASI hingga usia dua tahun. Penggunaan ASI yang lama diharuskan peran seorang ayah dalam memberikan ASI eksklusif. Kalau tidak, kegagalan mudah saja terjadi selama proses menyusui berlangsung.

 

Menurut Menteri Kesehatan RI Prof Nila Faried Moeloek, SpM(K) mengatakan, harus ada bantuan seorang suami ketika hamil dan menyusui. Terbukti juga membuat ibu senang berkat produksi hormon oksitosin.

 

dad with mum feeding.jpg

 

"Saya kira betul sekali ya, dengan sentuhan dan kasih sayang dari suami bisa meningkatkan oksitosi. Ini penting sekali, jadi peran ayah itu bukan tidak ada, ada dalam hal ini," ujar Menkes Nila dalam acara Pekan ASI Sedunia di Kantor Kemenkes, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2019).

 

Pada saat hormon oksitosin diproduksi, maka sumber kebahagiaan akan melimpah. Ibu pun jauh lebih sehat dan produksi ASI akan semakin melimpah.

 

Terlebih, usai masa persalinan, hormon oksitosin dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi organ rahim menjadi normal. Kalau tidak dijaga ,pasti mudah terjadi pendarahan. Ini dapat meningkatkan kematian ibu karena kasus infeksi.

 

"Kita dorong agar ibu harus memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada bayi, lalu diteruskan sampai dua tahun. Kemudian diberikan makanan pendamping," terangnya.

 

Pencapaian ASI eksklusif menurut Riskesdas 2018 sebesar 37,3%. Belum lagi banyak anak mengalami stunting karena gizi kurang. Menkes Nila membeberkan, masih ada 30,8 persen anak dengan stunting di Indonesia. Angka tersebut turun karena lima tahun sebelumnya jumlahnya sekira 37,2 persen.

 

"Stunting ini harus diatasi karena membuat anak kurang gizi, kerdil, pendek, dan juga otaknya ikut pendek. Kalau 30,8 persen anak stunting, berarti dari 10 anak, ada tiga anak yang tidak mampu mencapai sekolah yang tinggi. Dengan ASI, tegas Menkes Nila, generasi ke depan jadi berkualitas dan santun. Hal ini jadi catatan wajib untuk orangtua untuk memberikan ASI eksklusif tanpa alasan apapun.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: