Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini yang Terjadi Jika Kopi Diminum Tiga Kali Sehari

Ini yang Terjadi Jika Kopi Diminum Tiga Kali Sehari Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari satu miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita migraine dan penyakit ketiga paling banyak. Hal ini diungkap para peneliti di Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) di Amerika Serikat.

Migraine juga dikaitkan dengan minum kopi yang berlebih atau tiga cangkir kopi setiap hari. Gejalanya seperti sakit kepala parah, mual, perubahan suasana hati, sensitivitas terhadap cahaya dan suara, serta halusinasi visual dan pendengaran.

Studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine, mengevaluasi peran minuman berkafein sebagai pemicu potensial migrain. Pada studi yang dipimpin Elizabeth Mostofsky, dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard (HSPH) Harvard TH Chan di AS, para peneliti menemukan bahwa, di antara pasien yang mengalami migrain episodik, satu hingga dua porsi minuman berkafein tidak dikaitkan dengan sakit kepala pada hari itu.

Namun, tiga atau lebih porsi minuman berkafein dapat dikaitkan dengan kemungkinan lebih tinggi terjadinya sakit kepala migrain pada hari itu atau hari berikutnya.

"Sementara beberapa pemicu potensial, seperti kurang tidur, hanya dapat meningkatkan risiko migrain, peran kafein sangat kompleks, karena dapat memicu serangan tetapi juga membantu mengendalikan gejala," terang Mostofsky seperti dilansir The Indian Express.

Elizabeth Mostofsky menyebut efek dari mengkonsumsi kafein cukup beragam, karena tergantung dosis dan waktu konsumsinya.

"Dampak kafein tergantung pada dosis dan frekuensi, tetapi karena ada beberapa studi prospektif tentang risiko langsung sakit kepala migrain setelah asupan minuman berkafein, ada bukti terbatas untuk merumuskan rekomendasi diet untuk orang dengan migrain," sambung dia.

Dalam studi tersebut, penelitian melibatkan 98 orang dewasa dengan migrain episodik yang sering menyelesaikan buku harian elektronik setiap pagi dan setiap malam, selama setidaknya enam minggu.

Setiap hari, peserta melaporkan total porsi kopi berkafein, teh, soda dan minuman berenergi yang mereka konsumsi, serta mengisi laporan sakit kepala dua kali sehari yang merinci berat (ons), durasi, intensitas, dan obat yang digunakan untuk migrain sejak entri buku harian sebelumnya.

Para peneliti menggunakan analisis yang cocok sendiri, membandingkan insiden migrain individu peserta pada hari-hari dengan asupan minuman berkafein dengan kejadian migrain pada hari-hari tanpa asupan minuman berkafein.

Penyesuaian diri ini menghilangkan potensi faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, dan faktor demografis individu lainnya, faktor perilaku dan lingkungan untuk mengacaukan data.

Para peneliti mencocokkan kejadian sakit kepala dengan hari dalam seminggu, menghilangkan kebiasaan akhir pekan versus hari kerja yang juga dapat mempengaruhi terjadinya migrain. Penyesuaian diri juga memungkinkan untuk variasi dosis kafein di berbagai jenis minuman dan sediaan.

"Satu porsi kafein biasanya didefinisikan sebagai delapan ons atau satu cangkir kopi berkafein, enam ons teh, sekaleng soda 12 ons dan sekaleng minuman energi 2 ons," tutur Mostofsky.

“Porsi tersebut mengandung 25 hingga 150 miligram kafein, jadi kami tidak dapat menghitung jumlah kafein yang dikaitkan dengan peningkatan risiko migraine,” lanjut dia.

Para peneliti tidak melihat hubungan antara satu atau dua porsi minuman berkafein dan kemungkinan sakit kepala pada hari yang sama, tetapi mereka memang melihat kemungkinan lebih tinggi sakit kepala pada hari yang sama pada hari-hari dengan tiga atau lebih porsi minuman berkafein.

Namun, di antara orang-orang yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein, bahkan satu atau dua porsi meningkatkan kemungkinan sakit kepala pada hari itu. “Meskipun prevalensi tinggi migrain dan gejala sering melemahkan, pencegahan migrain yang efektif tetap sulit dipahami bagi banyak pasien,” tuturnya. 

Studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine, mengevaluasi peran minuman berkafein sebagai pemicu potensial migrain.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: