Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Melulu Untung, Status Unicorn Juga Bisa Jadi Ancaman untuk Startup

Tak Melulu Untung, Status Unicorn Juga Bisa Jadi Ancaman untuk Startup Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kehadiran startup unicorn seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak membuat gegap gempita masyarakat Indonesia. Selain memberikan solusi atas kebutuhan masyarakat, keempat unicorn asal Indonesia ini juga mengundang banyak investor asing. 

Besarnya potensi pasar di Indonesia menjadikan pertumbuhan beberapa unicorn terus mengalami perkembangan yang positif.

Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia, Didik J. Rachbini mengatakan, investasi asing kepada unicorn membuat ekonomi positif.

Baca Juga: Waduh! Startup Unicorn Ini Bakal Bangkrut

Akan tetapi, derasnya Foreign Direct Investment (FDI) atau arus investasi asing secara langsung dapat membuat defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) menjadi negatif.

Hal itu disebabkan akibat dana investasi langsung akan kembali kepada negara pemberi modal dalam bentuk dividen atau profit.

Ancaman Defisit Neraca Perdagangan

“Saya perkirakan, 10 tahun lagi akan lebih parah (defisit). Setelah unicorn-unicorn itu untung. Nanti kalau sudah ada pengerukan keuntungan, defisit current account bisa tinggi. Ini tidak akan pernah membuat rupiah menguat. Selama neraca jasa negatif,” ujarnya di Jakarta.

Akan tetapi, dirinya menegaskan, bukan berarti Indonesia harus menghilangkan arus investasi asing secara langsung kepada unicorn dalam negeri. Perlu dilakukan adalah memberikan ruang bagi investor yang memiliki komitmen investasi berorientasi ekspor produk Indonesia.

Baca Juga: Peluang Bisnis Buat Startup Pencarian Indekos Tinggi, Mau Coba?

Sebab, kebanyakan saat ini investor asing masih menjadikan Indonesia sebagai lumbung atau pasar untuk produk-produk dari negara asalnya.

Didik menyebutkan, mayoritas e-commerce 93 persen produk yang dijual merupakan barang impor. 

“Semua yang ditarik investasi orientasi ekspor. Yang sekarang ini investasinya mengeksploitasi pasar dalam negeri semua, barangnya impor,” ungkapnya.

Terlebih, saat ini beberapa unicorn asal Indonesia merupakan e-commerce yang mempunyai basis konsumen yang tinggi di Indonesia.

Harapannya, pemerintah juga akan mendorong para pelaku e-commerce di Indonesia untuk lebih gencar memasarkan produk lokal buatan Indonesia. Sebab produsen di Indonesia juga mulai berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan pasar ekspor.

Baca Juga: Masuk Top 30 Global Startup, Jakarta Setara dengan Seoul, Moscow, dan Tokyo

Dengan begitu, defisit transaksi berjalan akan berkurang atau bahkan diimbangi dengan peningkatan ekspor produk dalam negeri.

E-commerce harus membantu negara mengatasi masalah bangsa, membantu UMKM dengan ekspor. E-commerce harus jadi alat memperjuangkan kepentingan kita, devisa kuat. Jangan malah sebaliknya impor terus. Impor menguras devisa kita,” tegasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: