Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sektor Pertanian Disebut-sebut Sebagai Pengungkit Pertumbuhan Ekonomi

Sektor Pertanian Disebut-sebut Sebagai Pengungkit Pertumbuhan Ekonomi Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum KTNA Nasinal, Winarno Tohir menilai peningkatan ekspor produk pertanian Indonesia sukses besar dalam menekan angka impor. Dulu, katanya, Indonesia pernah melakukan impor untuk bawang merah, bahkan sekarang bisa membalikkan keadaan dengan peningkatan ekspor di tahun 2018 dan 201.

Winarno menyebut berbagai kebijakan dan program yang Amran lahirkan selama ini, sangat dirasakan manfaatnya oleh petani seluruh Indonesia.

"Kita perhatikan sekarang ekspor pertanian tumbuh begitu pesat, hampir setiap hari berita ekspor produk pertanian muncul. Selain itu investasi dan kemudahan perijinan juga menjadi kebijakan Menteri Amran, sehingga memudahkan para eksportir melakukan kegiatannya," ujar Winarto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (14/8/2019).

Baca Juga: Kementan Waspadai Sebaran Hama Ulat Grayak pada Jagung

Menurutnya, kinerja sektor pertanian yang menarik juga diperhatikan yakni mampu menurunkan inflasi bahan makanan atau pangan dari tahun ke tahun.

"Dari sisi nilai investasi pertanian juga mengalami peningkatan. Pada 2013 nilai investasi pertanian tercatat Rp29,3 triliun. Angka ini meningkat pada 2014 yang mencapai Rp44,8 triliun, 2015 (Rp43,1 triliun), 2016 (45,4 triliun), 2017 (45,9 triliun), dan 2018 melejit di angka Rp61,6 triliun. Jika diakumulasikan nilai investasi pertanian sejak 2013-2018 mencapai Rp241 triliun atau meningkat sekitar 110,2%," jelasnya.

Ia menjelaskan, secara umum sektor pertanian (meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan) dapat mempertahankan surplus neraca perdagangan pada periode 2012- 2018 meskipun cenderung turun nilainya. Laju rata-rata pertumbuhan volume ekspor pada periode tersebut mencapai 6,3%, sedikit lebih tinggi dari laju volume impornya, yakni 5,9%.

"Surplus di sektor ini terutama disumbang oleh subsektor perkebunan yang nilainya mencapai US$22,7 juta pada tahun 2018. Di sisi lain, pada kurun waktu 2012-2018 pun terjadi tren kenaikan PDB tanaman pangan dari Rp263 Triliun menjadi Rp298,2 Triliun," terang Winarto.

Selain itu, lanjutnya, investasi pada sektor pertanian bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Kontribusi investasi PMDN pada sektor pertanian terhadap PDB nasional mengalami peningkatan dari 5,4% pada 2013 menjadi 10,3% pada tahun 2018. Pada tahun 2012 total nilai investasi PMDN proyek di sektor pertanian hanya sekitar Rp9,6 trilun.

Baca Juga: Kementan Copot Pejabat yang Terkait dengan Rekomendasi Impor Bawang Putih

"Jumlah ini meningkat lebih tiga kali lipat pada tahun 2018 menjadi Rp31,2 trilun. Peningkatan ini lebih besar dari peningkatan total investasi PMDN pada kurun waktu yang sama. Pada kurun tersebut investasi PMA juga meingkat dari US$1,2 miliar menjadi US$1,7 miliar," ungkap Winarto.

Ini menunjukan tren daya tarik sektor pertanian terhadap investasi swasta dalam dan luar negeri yang semakin tinggi. Kontribusi PMA pada sektor pertanian terhadap PDB nasional juga meningkat pada kurun waktu yang sama.

Pada tahun 2014, PMA mengalami kenaikan menjadi US$2,2 miliar, kemudian turun kembali hingga pada tahun 2017 menjadi US$1,6 miliar. Pada tahun 2018 hingga triwulan dua PMA yang masuk di sektor ini tercatat US$976 juta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: