Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ulah Zakir Naik di Malaysia: Serukan Usir Etnik Minoritas China

Ulah Zakir Naik di Malaysia: Serukan Usir Etnik Minoritas China Kredit Foto: Thestar,com.my
Warta Ekonomi, Kuala Lumpur -

Penceramah Muslim asal India, Zakir Naik, memicu kemarahan publik di Malaysia setelah menyarankan pengusiran etnik minoritas China dari negara itu. Empat menteri di Kabinet Pemerintah Perdana Menteri Mahathir Mohamad mendesak penceramah itu dideportasi.

Pada hari Rabu (14/8/2019), Kabinet Pemerintah Malaysia menggelar pertemuan untuk membahas izin tinggal Zakir Naik. Dia sudah tinggal di negara itu selama tiga tahun setelah diberi izin tinggal oleh pemerintah sebelumnya, yakni perdana menteri Najib Razak. Para pengkritik Najib menilai penampungan penceramah kontroversial itu untuk mengalihkan kasus skandal korupsi 1MDB.

"Kami telah menyatakan posisi kami bahwa tindakan harus diambil dan Zakir Naik seharusnya tidak lagi diizinkan untuk tetap berada di Malaysia," ujar Menteri Komunikasi dan Multimedia Gobind Singh Deo dan Menteri Sumber Daya Manusia M Kulasegaran dalam sebuah pernyataan bersama, yang dikutip Al Jazeera, Kamis (15/8/2019).

Gobind Singh Deo mengatakan permasalahan ini telah ditangani dan akan segera dilakukan tindakan.

"Perdana Menteri telah memperhatikan kekhawatiran kami. Kami menyerahkan kepadanya untuk mempertimbangkan posisi dan memutuskan secepat mungkin apa yang akan dilakukan untuk menangani masalah tersebut," lanjut pernyataan mereka.

Sumber yang mengetahui tentang rapat kabinet hari Rabu mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Mahathir mengatakan akan menyelesaikan masalah Zakir Naik.

"Tapi dia tidak memberi perincian," ujar sumber tersebut.

Belum jelas kapan kabinet akan membuat keputusan tentang nasib penceramah asal India itu.

Zakir Naik sebelumnya menuai kecaman atas ceramahnya di Kota Baru belum lama ini. Dalam ceramahnya tersebut, dia membanding-bandingkan kondisi umat Hindu Malaysia dengan umat Islam di India. Menurutnya, umat Hindu di Malaysia memiliki hak 100 kali lebih banyak daripada minoritas Muslim di India. Bahkan, dia mengklaim umat Hindu di negara itu lebih loyal kepada Perdana Menteri India Narendra Modi ketimbang kepada Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Lebih lanjut, ceramah Zakir juga menyerang komunitas China atau Tionghoa di Malaysia. Ketika muncul seruan deportasi atas dirinya, Zakir menyerukan agar para warga etnik China yang harus pergi terlebih dahulu karena mereka adalah "tamu lama" di Malaysia.

"Anda tahu, seseorang memanggil saya tamu. Jadi saya berkata, sebelum saya, orang China adalah tamu. Jika Anda ingin tamu baru pergi, minta tamu lama untuk pergi lebih dulu," kata Zakir.

Zakir menyatakan pernyataan yang cukup rasis dalam ceramahnya pada Agustus ini.

"Orang China tidak dilahirkan di sini, kebanyakan dari mereka. Mungkin generasi baru, ya," kata Zakir dalam ceramah dengan metode dialog pada 8 Agustus di negara bagian Kelantan.

Tanda pagar (tagar) #ZakirNaik menjadi tren ketiga di Twitter Malaysia pada hari Rabu ketika pernyataan terbarunya mulai menyebar di media sosial.

Di Malaysia, diskusi tentang ras dan agama merupakan masalah sensitif. Negara itu didominasi warga Muslim, yakni sekitar 60 persen dari 32 juta penduduk. Sisanya kebanyakan etnik China dan India, yang sebagian besar adalah Hindu.

Sebagai tanggapan, Zakir Naik menuduh media memutarbalikkan kata-katanya dan salah kutip.

"Pujian saya kepada pemerintah Malaysia atas perlakuan umat Islam dan adil terhadap minoritas Hindu sedang diputarbalikkan dan salah dikutip untuk memenuhi keuntungan politik dan menciptakan keretakan komunal," katanya dalam sebuah pernyataan.

Tetapi, rekaman video ceramahnya yang diunggah oleh portal berita Malaysiakini menunjukkan dia membuat pernyataan yang menargetkan orang-orang Hindu Malaysia dan etnik Cina.

Menteri termuda Malaysia, Syed Saddiq Abdul Rahman, ikut bergabung dalam seruan untuk mendeportasi Zakir Naik.

"Cukup sudah cukup," katanya yang mengecam ceramah sensitif Zakir.

Syed Saddiq menyayangkan sikap rasis Zakir Naik itu. Pasalnya banyak dari orang China dan India yang telah menjadi warga negara Malaysia membantu negaranya dan rela berkorban.

"Saya tahu banyak orang China dan India yang rela mati untuk negara yang mereka cintai ini. Sungguh konyol untuk berpikir bahwa sesama warga Malaysia adalah tamu," ungkap Syed Saddiq, yang menjabat Menteri pemuda dan Olah Raga.

Ditanya apakah ia mendukung seruan tiga menteri lainnya yang meminta deportasi terhadap Zakir Naik, menteri mengatakan; "Ya."

Dia melanjutkan, orang-orang China dan India sudah dianggap sebagai saudara sendiri di sini, sehingga tak perlu ada sikap diskriminatif.

"Sebuah serangan terhadap saudara-saudari China dan India kami adalah serangan terhadap semua orang Malaysia," kata dalam grup WhatsApp media setempat. "Mereka adalah keluarga saya, demi Tuhan. Cukup sudah," katanya.

Menteri Air, Tanah, dan Sumber Daya Alam Xavier Jayakumar mengatakan jika Malaysia mengabaikan pernyataan Zakir Naik dan mengizinkannya melanjutkan perjalanannya di Malaysia, itu akan mengarah pada perselisihan rasial dan agama.

"Kami tidak perlu orang-orang seperti itu untuk mengeluarkan pernyataan hasutan dengan maksud untuk mendorong perselisihan antara Muslim dan non-Muslim di Malaysia," kata Menteri Jayakumar.

Kantor berita negara Malaysia, Bernama, mengutip Perdana Menteri Mahathir pada Selasa malam bahwa Zakir Naik tidak dapat dikirim ke India karena takut akan dibunuh di sana.

"Jika ada negara lain yang ingin memilikinya, mereka dipersilakan," kata Mahathir.

Sekadar diketahui, yayasan milik Zakir Naik; Islamic Research Foundation, dilarang oleh pemerintah India pada akhir 2016 atas tuduhan mendorong dan membantu para pengikutnya untuk mempromosikan atau mencoba untuk mempromosikan perasaan permusuhan, kebencian atau niat buruk antara berbagai komunitas dan kelompok agama yang berbeda.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: