Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Presiden Venezuela Sempat Mau Dibunuh, Dalangnya. . .

Presiden Venezuela Sempat Mau Dibunuh, Dalangnya. . . Kredit Foto: (Foto: Reuters)
Warta Ekonomi, Caracas -

Saat ini krisis politik dan ekonomi tengah terjadi di Venezuela. Belum lama ini, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh mantan Presiden Kolombia, Alvaro Uribe Velez pernah berencana untuk menyewa tentara bayaran untuk membunuhnya.

 

Namun demikian, Maduro selamat dari upaya pembunuhan di sebuah parade militer Venezuela di Caracas pada Agustus 2018 silam. Pada serangan itu bangku kepresidenan dihantam oleh dua drone yang dipasangi bom, menyebabkan tujuh petugas keamanan terluka, sementara Maduro selamat tanpa cedera.

 

Ketika kejadian itu, Kementerian Luar Negeri Venezuela menyebut mantan Jaksa Agung Venezuela Luisa Ortega Diaz, mantan Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, dan salah satu pemimpin oposisi Venezuela, Julio Borges, merupakan dalang di balik upaya pembunuhan Maduro, termasuk juga Uribe.

 

"Saya telah mengetahui tentang sebuah rencana yang dikoordinir oleh Alvaro Uribe Velez yang melibatkan Duta Besar Kolombia untuk Amerika Serikat Francisco Santo... untuk mengirim 32 tentara bayaran ke Venezuela untuk mencoba membunuh saya," ujar Maduro dalam sebuah pidato yang disiarkan langsung di akun Twitter-nya pada Rabu. Demikian diwartakan Sputnik.

 

Maduro menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) menginstruksikan Kolombia untuk mengatur pembunuhannya, tuduhan yang dibantah oleh Bogota mau pun Washington.

Minggu lalu, presiden Venezuela membeberkan bahwa dia memiliki bukti yang membuktikan bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton telah mendalangi upaya percobaan pembunuhannya pada 2018. Sebelumnya pada Desember 2018, Maduro juga menuduh Bolton menyiapkan rencana untuk menggulingkan dan membunuhnya.

 

Venezuela tengah mengalami krisis politik yang meningkat pada Januari setelah pemimpin oposisi yang didukung AS, Juan Guaido, menyatakan dirinya sebagai presiden interim.

 

Amerika Serikat memberikan pengakuan terhadap Guaido, langkah yang kemudian diikuti oleh sekira 50 negara lainnya. Sementara itu Rusia, China, Kuba, Bolivia, dan sejumlah negara lain menyuarakan dukungan mereka untuk pemerintah Maduro yang memenangi pemilihan presiden.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: