Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hong Kong Masih Kisruh, Miliarder Peter Woo 'Jatuh Miskin'

Hong Kong Masih Kisruh, Miliarder Peter Woo 'Jatuh Miskin' Kredit Foto: Forbes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Protes massa pro-demokrasi di Hong Kong masih berlangsung selama berminggu-minggu. Kejadian itu berpengaruh terhadap kekayaan miliarder asal Hong Kong Peter Woo. Pasalnya, hartanya merosot US$1 miliar atau Rp14,3 triliun. Tentu, itu merupakan kerugian besar baginya.

Peter Woo merupakan orang terkaya di Hong Kong yang menempati posisi ke-8. Atas kerugian yang menimpanya itu, Woo menentang aksi unjuk rasa di Hong Kong yang berkepanjangan. Akibatnya, kini harta kekayaan Woo tersisa sekitar US$11 miliar.

Baca Juga: Selamat Tinggal! Orang Kaya di Hong Kong Kehilangan Status Miliarder

Aksi unjuk rasa di Hong Kong telah berlangsung sekira 10 minggu. Di mana membuat jalan-jalan menjadi ditutup, volatilitas dipasar saham terhambat, dan mengganggu penerbangan di bandara.

Seperti diketahui, protes tersebut dimulai dengan kemarahan massa pada RUU ekstradisi dan berubah menjadi tuntutan untuk kebebasan yang lebih besar. Hong Kong memiliki kebebasan pers dan independensi peradilan di bawah prinsip "satu negara, dua sistem" tapi kebebasan itu dikhawatirkan oleh para aktivis semakin terkikis.

Baca Juga: Protes Masif di Hong Kong, 10 Orang Terkaya Ini Harus Ikhlas Kehilangan Hartanya

Protes ini membuat kekayaan miliarder Hong Kong gonjang-ganjing sehingga banyak dari mereka yang menyerukan pemberhentian aksi protes tersebut.

Selain itu, banyak sekali konglomerat atau orang-orang kaya yang berada di Hong Kong menganjurkan untuk mengakhiri kerusuhan ini. Mereka mengatakan bahwa serangkaian tindakan kekerasan baru-baru ini untuk menentang aturan hukum telah merusak ekonomi Hong Kong dan secara serius mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga negara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: