Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serangan Pemberontak Myanmar Sebabkan 15 Orang Terbunuh

Serangan Pemberontak Myanmar Sebabkan 15 Orang Terbunuh Kredit Foto: Reuters/Stringer
Warta Ekonomi, Myanmar -

Perguruan tinggi militer elite milik negara di Myanmar utara diserbu pemberontak yang menggunakan senjata. Setidaknya 15 orang menjadi korban dalam kejadian ini. Sebagian besar korban adalah anggota pasukan keamanan negara.

Pihak yang telah mengaku bertanggung jawab atas kejadian brutal itu adalah Aliansi Utara (Northern Alliance), sekelompok pemberontak bersenjata yang sebelumnya pernah menyerang pada Kamis (15/8/2019). Sasaran kelompok tersebut adalah Akademi Teknologi Layanan Pertahanan di Pyin Oo Lwin di Negara Bagian Shan barat. Kampus itu banyak melahirkan insinyur militer.

Serangan juga terjadi di empat lokasi lain. Juru bicara militer Tun Tun Nyi mengatakan, tentara sedang memerangi pemberontak bersenjata di kota Naung Cho di dekat jembatan Gokteik, jembatan untuk kereta api yang dibangun di bawah kekuasaan kolonial Inggris dan merupakan tempat wisata.

Jembatan lain di seberang lembah Goktwin telah dihancurkan oleh pemberontak yang juga membakar kantor polisi anti-narkotika kota itu.

Pertempuran dilaporkan terjadi di gerbang tol di sebuah jalan raya menuju Lashio, kota terbesar di Negara Bagian Shan. Menurutnya, seorang anggota staf sipil di akademi militer tewas.

"Mereka membunuh tujuh pasukan militer di Goktwin, dua di gerbang tol, dan juga polisi serta warga sipil," ucap Tun Tun Nyi kepada kantor berita Reuters melalui telepon, Jumat (16/8/2019). 

Foto yang diterbitkan oleh media lokal menunjukkan bangunan rusak dan mobil terbakar penuh dengan lubang peluru.

Serangan-serangan itu menandai peningkatan besar dalam konflik yang sudah berlangsung beberapa dasawarsa di wilayah itu, di mana beberapa kelompok berjuang untuk otonomi yang lebih besar bagi etnis minoritas.

Pyin Oo Lwin, sebuah kota militer di luar Kota Mandalay, tidak terpengaruh oleh bentrokan di wilayah tersebut, yang sebagian besar terjadi di daerah pedesaan.

Perjanjian gencatan senjata yang telah bertahan berbulan-bulan berakhir pada Juni baru-baru ini dan telah diperpanjang hingga 31 Agustus.

Seorang juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), salah satu kelompok pemberontak di Aliansi Utara, mengatakan pihaknya menanggapi aksi militer baru-baru ini di wilayah etnik.

"Kami bertujuan untuk mengubah medan perang, karena militer Burma (Myanmar) meningkatkan serangan mereka di daerah etnik selama beberapa hari ini," terang juru bicara TNLA, Mong Aik Kyaw, kepada Reuters melalui telepon.

Dia menyebut pemerintahan yang dijalankan Aung San Suu Kyi tidak akan menciptakan perdamaian apabila militer tidak ikut dilibatkan.

"Pemerintahan yang dipimpin Aung San Suu Kyi ... berusaha untuk menciptakan perdamaian, tetapi tidak ada yang bisa terjadi jika militer tidak berpartisipasi di dalamnya," imbuh dia.

Meningkatnya permusuhan di utara Myanmar yang retak adalah satu lagi kemunduran bagi upaya pemimpin sipil Aung San Suu Kyi untuk membawa perdamaian di negara itu di tengah transisi yang gagap dari pemerintahan militer ke sipil.

Peraih Hadiah Nobel Perdamaian itu berkuasa setelah memenangkan pemilihan umum pada akhir 2016. Saat itu, dia berjanji untuk memprioritaskan pembicaraan damai antara kelompok-kelompok bersenjata etnik, militer dan pemerintah sipil.

Tetapi konflik telah meningkat di bagian utara negara bagian Kachin dan Shan serta wilayah Rakhine barat yang dekat dengan perbatasan Bangladesh.

Baru-baru ini, pasukan pemerintah Suu Kyi terkunci dalam pertempuran sengit di Negara Bagian Rakhine dengan pemberontak bersenjata Tentara Arakan.

Seorang juru bicara Tentara Arakan, yang juga merupakan bagian dari Aliansi Utara, mengatakan pasukannya bergabung dalam serangan hari Kamis.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: