Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gajah Sri Lanka yang Viral, Kini Kondisinya Hampir Mati

Gajah Sri Lanka yang Viral, Kini Kondisinya Hampir Mati Kredit Foto: Facebook/Save Elephant Foundation
Warta Ekonomi, Kolombo -

Kondisi gajah Tikiiri di Sri Lanka yang kelaparan dan sangat kurus sekarang kondisinya hampir mati. Gajah berusia 70 tahun itu kini terbaring di tanah dan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak mau, atau tidak mampu, untuk menolongnya.

Gajah yang setiap malamnya dipaksa berjalan kaki bermil-mil jauhnya untuk Festival Perahera yang akan berlangsung selama sepuluh hari, kini tak mampu bangkit berdiri. Orang-orang tak menyadari kalau Tikiiri itu sangat kurus. Sebab, tubuh gajah itu ditutupi kain panjang hingga kakinya.

Presenter televisi dan radio Nicky Campbell (58) kini telah bergabung dengan seruan publik yang menyerukan agar Tikiiri dirawat dengan baik. 

"Sangat memalukan bahwa kekejaman seperti itu dapat ditimbulkan pada satwa betina tua yang cantik, hidup, sensitif, atas nama agama," kata Campbell, yang mengampanyekan hak-hak satwa.

Dia meminta kepada pihak yang bertanggung jawab agar sang gajah dikeluarkan dari kesengsaraannya dan diberi kesempatan untuk menjalani sisa hidupnya.

"Setelah semua yang dia lalui, dia harus dikeluarkan dari kesengsaraannya, diberi kesempatan untuk menjalani sisa hari-harinya dengan benar," ujarnya.

Campbell mengatakan hidup dari gajah itu sangat sengsara.

“Sepanjang hidupnya dia akan memikirkan induk dan keluarganya dan mengapa dia berakhir di neraka ini. Dia membutuhkan bantuan kita, sekarang," lanjut Campbell.

Di tengah protes yang bermunculan, Menteri Pariwisata Sri Lanka John Amaratunga mengaku telah menginstruksikan dokter hewan untuk segera mengunjungi Tikiiri.

"Saya telah diberi tahu bahwa gajah itu telah roboh. Saya sungguh berharap gajah akan segera pulih," ujarnya.

John Amaratunga telah menindaklanjuti kasus ini dan telah melakukan penyelidikan untuk memastikan bagaimana seekor gajak bisa sampai seburuk ini.

"Mempertimbangkan apa yang telah terjadi, saya telah memerintahkan para pejabat untuk melakukan penyelidikan tentang masalah ini untuk memastikan bagaimana dan mengapa seekor gajah yang kesehatannya buruk digunakan dalam (Festival) Perahera dan agar mengambil tindakan yang diperlukan terhadap mereka yang bertanggung jawab," imbuh menteri tersebut, dikutip Mirror, Kamis (15/8/2019) malam.

Menteri Amaratunga juga menunjuk tim dokter hewan untuk memeriksa kesehatan semua gajah di penangkaran satwa di Sri Lanka.

Mirror yang mendatangi Komisi Tinggi Sri Lanka di London diberitahu bahwa Tikiiri sehat dan satwa itu diklaim hanya pingsan. Menurut komisi tersebut, Tikiiri berjuang untuk berdiri setelah tidur siang.

"Dia telah tidur malam sebelumnya dan dari tidur dia tidak bisa berdiri," kata komisi tersebut melalui seorang juru bicara.

Juru bicara itu berkata kalau gajah tersebut hanya tidur untuk berbaring.

"Secara umum, gajah tua tidak tidur berbaring karena kadang-kadang mereka tidak bisa berdiri setelah itu. Saya bukan ahli gajah tetapi saya percaya, seperti latihan, mereka tidur sambil berdiri," lanjut juru bicara tersebut.

"Pemerintah sangat berkomitmen untuk kesejahteraan satwa," imbuh dia.

Tikiiri, gajah berusia 70 tahun, yang sangat kurus dan kelaparan dieksploitasi untuk meramaikan festival Buddha di Sri Lanka.

Sementara itu, pemerintah Sri Lanka memutuskan akan menyelidiki kasus tersebut dan akan merilis pembaruan lebih lanjut.

"Gajah berpartisipasi dalam kontes hanya sekali," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

Ketika penjaga kuil Vishnu Devale melihat Tikiiri "tidak sehat", mereka telah mengambil tindakan segera untuk mengeluarkannya dari festival dengan berkonsultasi dengan pemiliknya.

"Gajah itu diberikan perawatan hewan dan kondisi dan kesejahteraannya terlihat," lanjut pernyataan pemerintah.

Dia menambahkan festival ini sangat bertolak belakang dengan budaya Sri Lanka. Di Sri Lanka, gajah dianggap sebagai hewan mulia dan dihormati, tapi dalam festival ini, tak satupun memberi hormat pada gajah itu.

"Menurut tradisi budaya Sri Lanka, gajah dianggap sebagai hewan yang mulia, dan ada hubungan simbiotik yang sudah berlangsung lama antara gajah dan manusia di Sri Lanka, di mana gajah dan kesejahteraannya dihormati oleh masyarakat," imbuh pemerintah Sri Lanka.

Menurut petugas medis yang merawat Tikiiri, gajah itu hidup sekitar 40 km dari Kandy, tempat parade Festival Perahera diadakan, dan bekerja di safari umum sebelum dia dibawa ke festival.

Petugas medis juga mengonfirmasi bahwa kondisi Tikiiri itu kemungkinan turun karena usia tua. Satwa itu sekarang membutuhkan kunjungan mingguan dari dokter hewan untuk memberikan perawatan.

"Dengan bantuan Yayasan Milenium Gajah, saya menghubungi pemilik dan memberi tahu mereka bahwa saya siap membantu dalam memberikan bantuan medis dan memberi nasihat tentang manajemen Tikiiri dan ingin dia memikirkannya dan membuat permintaan," kata dokter hewan setempat Profesor Dangolla.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: