Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenperin Gelar 17-an Bertema SDM Unggul

Kemenperin Gelar 17-an Bertema SDM Unggul Kredit Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian akan semakin gencar menjalankan berbagai program pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten sesuai kebutuhan dunia industri. Hal ini sejalan dengan program prioritas pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang berdaya saing agar dapat berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan pembangunan SDM sebagai kunci keberhasilan dan kesuksesan Indonesia di masa depan. Apalagi, Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Ini menjadi momentum yang baik sekaligus peluang dan kekuatan bagi Indonesia untuk menuju visi Indonesia Maju.

Tema HUT RI tahun ini adalah SDM Unggul, Indonesia Maju. Tema tersebut mengandung makna pembangunan SDM yang berkualitas dan unggul akan ikut mendukung lompatan kemajuan Indonesia, salah satunya peran dari SDM industri. 

"SDM industri yang produktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif, tentunya bisa berkontribusi besar dalam meningkatkan kinerja sektor manufaktur," kata dia, belum lama ini.

Baca Juga: Lewat Innovating Jogja, Kemenperin Lahirkan Startup Inovatif di Sektor Kerajinan dan Batik

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri masih memberikan kontribusi paling besar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB) nasional pada triwulan II tahun 2019 dengan capaian 19,52% (y-on-y).

Oleh karena itu, hingga tahun 2020 nanti, Kemenperin telah menyiapkan program pelatihan industri berbasis kompetensi. Misalnya, pelaksanaan Diklat 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan) akan membidik sebanyak 35 ribu peserta. Selain itu, Kemenperin bakal memfasilitasi sertifikasi bagi 20 ribu tenaga kerja industri.

"Kemudian, untuk melanjutkan program pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang link and match dengan industri, kami menargetkan ke depannya bisa menjaring hingga 2.000 SMK atau 400 ribu siswa," tambah Airlangga.

Sejak tahun 2017, Kemenperin telah meluncurkan pendidikan vokasi industri yang link and match antara SMK dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia. Program tersebut telah melibatkan sebanyak 855 industri dan 2.612 SMK yang menghasilkan 4.997 perjanjian kerja sama.

"Ke depannya, kami juga tetap menjalankan program pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi menuju dual system di seluruh unit pendidikan di lingkungan Kemenperin. Ditargetkan bisa mencapai 7.000 siswa dan 13 ribu mahasiswa," kata dia.

Hingga saat ini, Kemenperin memiliki unit pendidikan vokasi sebanyak sembilan SMK, 10 politeknik, dan dua akademi komunitas. Pemerintah akan mereplikasikan ini secara nasional karena lebih dari 90% lulusan tersebut terserap kerja di industri.

Airlangga menyampaikan pihaknya pun akan terus memfasilitasi pembangunan politeknik atau akademi komunitas, baik itu di kawasan industri maupun wilayah pusat pertumbuhan industri. Contohnya, yang kini sedang dibangun adalah Politeknik Petrokimia Cilegon, Banten.

"Politeknik tersebut akan mendukung dua industri petrokimia baru di sana, di antaranya dari Lotte Chemical yang investasinya mendekati US$4 miliar dan ekspansi Chandra Asri yang nilainya juga sekitar US$4 miliar. Jadi, ketika nanti mereka beroperasi, SDM kompeten sudah tersedia," paparnya.

Bahkan, Kemenperin bakal lebih rajin mengajak pelaku industri agar berpartisipasi dalam mendorong pendirian politeknik. Upaya ini akan didukung melalui penerapan super tax deduction, yakni pemberian insentif bagi industri yang melakukan dan terlibat dalam program pendidikan vokasi. 

"Insentif fiskal ini akan memberikan pengurangan penghasilan kena pajak bisa sampai 200% dari total biaya yang dikeluarkan perusahaan terhadap pelaksanaan program vokasinya," terangnya.

Aturan insentif tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019 tentang Perubahan atas PP No. 94 tahun 2010 tentang Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan.

Menperin menambahkan, arah pembangunan ekonomi nasional ke depannya akan berbasis pada inovasi, termasuk peran dan kontribusi dari sektor manufaktur. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menciptakan inovasi produk yang berdaya saing global.

"Dalam PP 45/2019 juga diberikan super tax deduction hingga 300%, yakni memberikan insentif bagi perusahaan yang menciptakan inovasi dari hasil litbangnya," imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: