Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ribuan Guru di Hong Kong Protes Demi Demokrasi

Ribuan Guru di Hong Kong Protes Demi Demokrasi Kredit Foto: Theguardian.com
Warta Ekonomi, Hong Kong -

Ribuan guru melalukan protes di Hong Kong agar kota tersebut bisa menjalankan sistem demokrasi yang bebas dari pemerintah pusat China.

Demonstran mengatakan mereka memerangi pengikisan prinsip "satu negara, dua sistem" yang menjadi syarat penyerahan Hong Kong ke China oleh Inggris pada 1997.

Yu, yang berusia 40-an dan seorang guru musik di sekolah menengah setempat, mengatakan bahwa dia bertekad untuk menunjukkan dukungan kepada siswa yang melakukan protes, meskipun dia tidak setuju dengan semua tindakan mereka.

"Saya menghargai keberanian dan kepedulian mereka terhadap Hong Kong ... mereka jelas lebih berani daripada pemerintah kita," katanya mengutip Reuters, Sabtu (17/8/2019).

Baca Juga: Pria Ini Serukan Perdamaian China-Hong Kong dengan Bentangkan Spanduk Raksasa

Demonstrasi guru, yang diperkirakan oleh organisator mencapai 22.000 orang, sedangkan polisi mengatakan 8.300 diberikan izin untuk melakukan demo oleh polisi.

Setelah berkumpul dengan damai di kawasan pusat bisnis, mereka berbaris di gedung Pemerintah Hong Kong pimpinan Carrie Lam, sambil meneriakkan "Polisi Hong Kong tahu hukum, mereka melanggar hukum".

"Jika Carrie menanggapi tuntutan kami dari awal, tidak ada yang akan terluka," kata Lee, seorang pensiunan guru sekolah dasar.

Baca Juga: China Semakin Meyakini Adanya Asing di Aksi Hong Kong

Para demonstran anti-pemerintah juga diperkirakan menuju distrik Kowloon yang ramai dengan para pedagang dan wisatawan dari China daratan.

Front Hak Asasi Manusia Sipil pro-demokrasi, yang mengorganisir protes damai sejuta orang pada Juni, telah menjadwalkan protes lain pada Minggu (18/9/2019).

"Kita semua merasa ketegangan sedang meningkat dan tingkat stres meningkat," kata seorang pemrotes, Pun (22), kepada Reuters saat duduk di bandara internasional awal pekan ini.

“Saya tahu kekerasan tidak bisa melawan kekerasan, tetapi terkadang agresi diperlukan untuk menarik perhatian pemerintah dan orang lain,” katanya. “Saya telah melempar batu ... Saya juga dipukuli oleh polisi dengan pentungan. Kita semua perlahan mulai terbiasa dengan hal ini."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: