Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Para Tokoh Disebut Bisa Ciptakan Suasana Damai di Masyarakat

Para Tokoh Disebut Bisa Ciptakan Suasana Damai di Masyarakat Kredit Foto: SINDOnews
Warta Ekonomi, Jakarta -

Para tokoh negeri ini diharapkan bersatu dan mengambil peran dalam upaya membantu mencegah meluasnya paham radikal terorisme di masyarakat.

Adapun para tokoh di berbagai bidang antara lain agama, masyarakat, intelektual, pemuda dinilai memiliki peran penting dalam menyelesaikan konflik di tengah masyarakat, termasuk dalam menghadapi fenomena radikalisme.

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius usai memberikan pandangan atas situasi negara bangsa Indonesia saat ini dan proyeksinya ke depan pada acara Focus Group Discussion (FGD) mengenai Scenario Planning Workshop on Indonesia yang digelar Gerakan Suluh Kebangsaan, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (16/8/2019) malam.

"Peran tokoh ini sangat penting. Justru yang menjadi pemersatu bangsa itu adalah tokoh-tokoh, baik tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh intelektual, tokoh pemuda. Pandangan atau pilihan dan bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat jika di lingkungan masyarakat terjadi upaya-upaya infiltrasi penyebaran paham radikal. Karena ini menjadi tanggung jawab bersama," ujar Suhardi. 

Suhardi merespons positif adanya Gerakan Suluh Kebangsaan ini. Bangsa ini dikatakannya membutuhkan gerakan-gerakan di luar pemerintahan tetapi terdiri atas seluruh tokoh masyarakat untuk bisa berkontribusi, termasuk memberikan informasi mengenai permasalahan radikalisme terorisme.

"BNPT berkepentingan memberikan pengayaan informasi mengenai apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dengan fakta-fakta dan data lengkap mengenai bagaimana kita bisa memberikan treatment kalau kita tidak bisa mengidentifikasi dan melihat gejala-gejala yang terjadi di masyarakat? Tentunya fakta dan data ini dapat digunakan sebagai data awal untuk menyusun strategi berikutnya," terang mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Dalam pertemuan ini, Kepala BNPT yang pada hari Jumat siang baru tiba dari Tanah Suci usai menunaikan Ibadah Haji atas undangan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi ini langsung hadir untuk memenuhi undangan Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD.

Suhardi menguraikan secara panjang lebar dari semua perspektif dan memberikan masukan kepada tim Gerakan Suluh Kebangsaan ini atas pandangannya mengenai Scenario Planning Indonesia ke depan. 

"Masukan yang kami berikan tadi mudah-mudahan bisa jadi cikal bakal dalam rangka Suluh Kebangsaan dalam membuat strategic planning, bahwa ada langkah-langkah yang harus kita kuatkan di tengah globalisasi yang luar biasa ini. Apalagi di era digital informasi yang mudah sekali berubah perilaku kita hanya gara-gara itu (perbedaan pandangan dan pilihan-red)," tuturnya. 

Dia berharap para tokoh ikut aktif membenahi dan menyatukan kembali masyarakat. Apalagi tahun politik sempat terkotak-kotak karena adanya perbedaan. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab bersama untuk menyatuhan masyarakat. 

"Ini adalah tanggung jawab moral kita bersama, tanggung jawab kolektif. Tidak boleh lagi ada silent majority. Ketika itu melihat salah, tentunya harus bersama-sama mengoreksi. Kebiasaan kita selama ini, masalah yang kecil dibiarkan salah tentunya nanti akan menjadi kultur atau budaya tidak baik. Tentunya hal seperti itu tidak boleh. Harus ada keberanian moral dari seluruh anak bangsa untuk mempertahankan negara kesatuan Indonesia dengan segala perspektifnya," tuturnya.

Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Gerakan Suluh Kebangsaan atas upaya positif yang dilakukan selama ini. 

Suhardi juga siap memberikan masukan yang dianggap perlu jika masih ada hal-hak yang perlu ditanyakan lebih mendalam.

"Saya berterima kasih kepada teman-teman di Suluh Kebangsaan. Kami siap terus mendampingi dan jangan sungkan Pak, karena kami akan terus men-support apapun mengenai langkah langkah untuk kebaikan negeri ini," ujarnya mengakhiri.

Sementara itu Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD mengatakan, sengaja mengundang Kepala BNPT dalam FGD. Sebab radikalisme sangat dekat sekali dengan terorisme.

"Batasnya tidak jauh. Seorang radikal itu, kalau ada kesempatan dan kalau sudah 'bensinnya' cukup itu ujungnya ke teror, kan begitu. Itulah sebabnya dari 15 tokoh yang kami undang salah satunya kami mengundang Kepala BNPT, Pak Suhardi Alius. Ini agar kami mendapatkan informasi mengenai bagaimana peta sebenarnya yang ada di hadapan kita tentang gerakan terorisme dan radikalisme ini," tuturnya, usai acara tersebut.

Mantan Ketua Mahkamah Kosntitusi ini menjelaskan, Gerakan Suluh Kebangsaan adalah satu gerakan yang ingin membangun kesadaran berbangsa dan bernegara tanpa intoleransi, tanpa teror, kemudian juga mencari peta peta masalah yang harus dihadapi secara bersama-sama

Dari para tokoh tersebut pihaknya juga melakukan tukar menukar informasi. Jika ada informasi lain lalu dicocokkan apakah sama informasi yang diperolehnya itu dengan informasi yang diperoleh BNPT, seperti masuknya dana-dana dari pelarian orang-orang di luar negeri.

"Kita minta informasi, dan alhamdulillah cocok. Pandangan cocok kemudian informasinya itu tampaknya ada benang merah tentang itu," ucap Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ini.

Setelah mendapatkan pejelasan dari Kepala BNPT, Gerakan Suluh Indonesia akan meramu semua yang telah dibicarakan sejak Jumat siang hingga malam hari membahas langkah-langkah yang akan diambil berikutnya.

"Kita ramu, kita klasifikasi masalahnya, klasifikasi langkah-langkahnya, kemudian nanti kita akan melanggkah lebih lanjut. Hari ini kan scenario planning, besok berikutnya akan masuk ke strategic planning sehingga lebih jelas langkahnya, Tapi jelas bahan dari Pak Suhardi dan yang lain-lain tadi sangat bagus," tandas mantan Menteri Pertahanan ini.

FGD yang digelar Gerakan Suluh Kebangsaan ini menghadirkan 15 tokoh yang juga pakar pada bidangnya masing-masing termasuk Kepala BNPT, antara lain Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komarudin Hidayat, Cendikiawan Muslim Alwi Shihab, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhamadiyah KH Haedar Nashir, tokoh Nahdatul Ulama Salahuddin Wahid, pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail, pendidik Najelaa Shihab, Alissa Wahid, Romo Benny Susetyo dan beberapa tokoh lainnya. Mereka diminta memberikan pandangannya untuk merumuskan langkah-langkah terbaik untuk menangkal radikalisme dari sudut pandang segala bidang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: