Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penilaian MUI Soal Dakwah Ustad Somad, Jelas!!

Penilaian MUI Soal Dakwah Ustad Somad, Jelas!! Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Fahmi Salim ikut menanggapi soal isi ceramah Ustad Abdul Somad alias UAS tentang Salib dan patung dalam videonya yang kini beredar di media sosial. Ia menjelaskan tak sepantasnya masyarakat memperkarakan subtansi ceramah yang dilakukan tokoh agama. Sebab, menurutnya, UAS tak bermaksud mencela agama lain.

Ia menegaskan, segmentasi subtansi ceramah para pemuka agama termasuk UAS pasti ditujukan bagi para penganut agama masing-masing. 

"Tidak pada tempatnya memperkarakan tokoh agama yang berceramah agama ditujukan kepada penganut agamanya sendiri apalagi disampaikan di tempat khusus seperti rumah ibadah," katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu (18/8/2019).

Baca Juga: Siapa yang Pertama Kali Menggoreng Isu UAS Hina Yesus?

Baca Juga: Abdul Somad Diduga Hina Yesus, Apa Kata Romo Beni?

Lanjutnya, ia meyakini ceramah UAS bahkan tokoh agama manapus pasti bertujuan untuk memperkuat keimanan para pemeluknya. Sambungnya, ia juga mengatakan ceramah UAS tak bertujuan mencela agama lain.

"Ada ayat yang menyatakan jangan kamu mencela sesembahan orang musyrik yang menyembah selain Allah itu sangat jelas maknanya larangan mencela secara terbuka dan tanpa landasan ilmu pengetahuan, tujuannya semata-mata untuk memperkeruh toleransi umat beragama dan menciptakan situasi chaos dalam masyarakat beragama," katanya.

Selain itu, ia mengatakan polemik ceramah UAS menunjukan sejarah selalu berulang. Lantas, ia membandingkan ceramah UAS dengan peristiwa yang dialami Ketua MUI pertama, H. Abdul Malik Karim Amrullah atau yang akrab disapa Buya Hamka.

Ia menceritakan bahwa Hamka pernah berceramah di Masjid Agung Al Azhar sekitar tahun 1960. Saat itu, Hamka berceramah dengan menyebut Islam di Indonesia sedang dalam bahaya akibat wabah intoleransi dan tudingan anti-Pancasila. Lalu, ceramah itu akhirnya sampai ke telinga Presiden Sukarno yang sedang menjabat kala itu. Sukarno pun ikut merespons secara tidak langsung dalam pidatonya untuk membantah tudingan Hamka tersebut.

"Bung Karno bereaksi dan menyatakan dalam sambutan peringatan Maulid Nabi Muhammad di istana negara, ada orang yang mengatakan Islam dalam bahaya di republik ini, sebenarnya orang yang berkata itu sendirilah yang sekarang dalam bahaya," ceritanya.

Tak lama kemudian, tahun 1964, Hamka ditangkap dan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan hendak menggulingkan pemerintah, berencana membunuh presiden dan menteri agama, dan kontra-revolusi.

Terkait itu, ia mengatakan tak ada alasan untuk mengharamkan ceramah seoran pemuka agama bila sedang membandingkan konsep agama lain saat disampaikan secara internal. 

"Tidak dengan tujuan merusak harmoni sosial maka tidak ada alasan logis dan legal untuk mengharamkannya karena itu adalah bagian dakwah," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, UAS dilaporkan oleh organisasi massa Brigade Meo ke Polda NTT terkait ceramah UAS yang viral di media sosial dan dianggap meresahkan umat Nasrani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: