Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan Dukung Petani Nganjuk Tanam Kedelai Sebelum Bawang Merah

Kementan Dukung Petani Nganjuk Tanam Kedelai Sebelum Bawang Merah Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Nganjuk -

Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2019 ini sedang memacu perluasan tanam untuk kedelai demi menggapai swasembada yang ditargetkan di tahun 2020. Karena itu, Kementan mendukung petani di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang memanfaatkan lahan yang biasanya ditanam bawang merah untuk ditanami kedelai.

“Cita-cita kita kedelai bisa swasembada di tahun 2020. Sebagai bukti keseriusan kami, tahun ini pun program bantuan budidaya kedelai ditargetkan 1 juta hektar. Kami upayakan dari sisi peningkatan produktivitas, pemanfaatan areal yang kosong maupun peningkatan indeks pertanaman, seperti halnya lahan bawang merah di Nganjuk ditanami kedelai juga,” demikian dikatakan Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Kementan, Amiruddin Pohan di Jakarta, Rabu (21/8/2019).

Menurut Amirudin, bawang merah yang ditanam setelah kedelai biasanya memerlukan tambahan pupuk lebih sedikit dibandingkan dengan bekas tanaman padi. Oleh karena itu, penanaman kedelai sebelum bawang merah sangat menguntungkan bagi petani karena terjadi efisiensi biaya input produksi dan nilai jual bawang merahnya pun tinggi.

Baca Juga: Kementan Luncurkan Layanan Sarita Sebagai Jembatan Petani Menuju Pasar Ekspor

“Hal yang cukup menarik terjadi ketika penebas bawang merah selalu menanyakan tanaman sebelumnya, jika bekas tanaman kedelai maka nilai jual bawang merah lebih tinggi dibandingkan jika bekas tanaman padi,” terangnya.

Perlu diketahui, Kabupaten Nganjuk terkenal sebagai salah satu sentra produksi padi dan kedelai di Provinsi Jawa Timur, selain itu juga merupakan salah satu produsen bawang merah di Indonesia. Di Kabupaten Nganjuk sebagian besar pola tanam setahun di lahan sawah adalah padi – kedelai – bawang merah, sedangkan sebagian kecil pola tanamnya adalah padi – bawang merah – bawang merah atau bawang merah – bawang merah.

Karena manfaat ganda tersebut, petani selalu menanam kedelai sebagai tanaman penyela diantara padi dan bawang merah. Terkait hal ini, Subono, Ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo dari Banaran Wetan Kecamatan Bagor, Nganjuk menyatakan petani di Banaran Wetan sebagian besar menanam kedelai setelah padi dan sebelum menanam bawang merah.

Baca Juga: Kementan Lepas Ekspor 2.760 Ton Bawang Merah ke Singapura dan Thailand

“Manfaat dari pola tanam ini, kedelai akan menyuburkan tanah karena di perakaran kedelai ada bakteri rhizobium yang mampu mengikat Nitrogen bebas di udara. Bahkan produksi bawang merah setelah kedelai hitung-hitungannya pada luasan 1/7 hektar bisa mencapai sekitar 3 ton,” tuturnya.

Ia menyebutkan ada beberapa keuntungan dari pola tanam ini. Produksi bawang merah setelah pertanaman kedelai ini umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bawang merah yang ditanam setelah panen padi yakni selisih sekitar 2,2 ton per hektar.

“Kalau biasanya produksi bawang merah tanpa didului kedelai sekitar 20 ton per hektar. Nah kalau setelah ditanam kedelai hasilnya bisa sampai 22,2 ton per hektar," sebutnya.

“Di samping produksinya lebih tinggi, rendemen bawang merah yang ditanam pada areal bekas tanaman kedelai pun lebih tinggi dibandingkan dengan rendeman bawang merah yang ditanam setelah padi,” tambah Subono.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: