Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Limbah Nuklir Korea Utara Bocor ke Sungai, 400.000 Warga Terancam

Limbah Nuklir Korea Utara Bocor ke Sungai, 400.000 Warga Terancam Kredit Foto: Foto/Mirror/mynorthkorea.blogspot.com
Warta Ekonomi, Pyongyang, Korea Utara -

Air limbah yang sangat beracun dari program senjata nuklir rezim Kim Jong-un di Korea Utara (Korut) bocor ke dan mengalir ke sungai. Mengkhawatirkannya yaitu air sungai itu diduga telah dikonsumsi baik secara langsung maupun tak langsung oleh sekitar 400.000 warga Korea Utara.

 

Air limbah beracun yang bocor dan mengalir ke sungai terungkap melalui citra satelit. Peneliti yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Jacob Bogle, membuat penemuan yang mengkhawatirkan itu ketika dia menyusun peta komprehensif Korea Utara menggunakan gambar satelit.

 

Bogle membeberkan, pada foto-foto satelit terlihat sebuah pipa yang dibangun untuk membawa air beracun dari pabrik uranium Pyongysan yang dikendalikan rezim Kim Jong-un ke reservoir limbah terdekat bocor ke sungai yang bermuara di Laut Kuning.

 

"Saya dapat meninjau citra satelit historis beresolusi tinggi selama beberapa tahun sejak 2003," kata Bogle.

 

“Setiap gambar menunjukkan tumpukan material yang bocor tumbuh di kedua ujung pipa yang membawa limbah dari pabrik ke reservoir yang tidak bergaris. Beberapa gambar juga menunjukkan cairan yang secara aktif tumpah ke sungai," ujarnya.

 

"Pabrik ini adalah satu dari dua fasilitas penggilingan uranium yang dinyatakan di negara ini. Dibutuhkan batu bara berkualitas rendah dan proses itu untuk membuat 'kue kuning', yang kemudian mengandung sekitar 80 persen uranium," paparnya.

 

“Ekstraksi dan penggilingan membutuhkan banyak proses kimia dan meninggalkan campuran bahan limbah yang sangat beracun. Limbah beracun itu kemudian dikirim ke reservoir terdekat, bocor dan mengalir ke Sungai Ryesong dalam prosesnya," imbuh Bogle, dikutip dari Mirror, Kamis (22/8/2019).

 

Pabrik uranium sendiri berada sekitar 60 mil sebelah selatan ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Bogle memperkirakan bahwa, hanya dalam sembilan mil dari Ryesong, diduga ada sebanyak 400.000 orang yang mengonsumsi air sungai atau tanaman yang diberi makan oleh air sungai tersebut.

 

Sungai Ryesong akhirnya bermuara di Sungai Han, yang pada gilirannya bermuara di Laut Kuning—daerah tangkapan air yang merupakan rumah bagi sekitar 600 juta orang.

 

"Bahan limbah berisi semua yang tersisa dari batubara dan air yang terkontaminasi. Penggilingan Uranium menghasilkan radium, yang bersifat radioaktif, dan itu dikirim melalui pipa yang bocor bersama dengan kontaminan lainnya seperti timah, arsenik, vanadium, dan logam berat lainnya," katanya.

 

“Radium akan membusuk ke radon gas, yang akan memasuki atmosfer setiap kali pabrik beroperasi," ujar Bogle. "Sementara bahan lainnya akan bocor ke sumber air tanah dan tentu saja dibawa ke hilir."

 

"Kesaksian pembelot dari situs nuklir terkait lainnya seperti Yongbyon dan gunung tempat uji coba (senjata) nuklir melaporkan efek kesehatan, seperti kanker, masalah pernapasan, dan cacat lahir," papar Bogle.

 

“Tidak ada alasan untuk curiga bahwa orang-orang di dekat Pyongsan kebal terhadap efek radon dan logam berat," imbuh peneliti tersebut.

 

"Radon dibawa ke seluruh area dan dapat menyebabkan kanker paru-paru. Keracunan timbal dan arsenik dapat menyebabkan masalah neurologis, terutama di kalangan anak-anak. Pada tingkat berbahaya, logam berat lainnya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan," sambung Bogle.

 

"Beberapa dari masalah ini biasanya bersifat sementara, tetapi karena sungai menyediakan air minum dan digunakan dalam pertanian, orang-orang secara rutin terpapar," kata Bogle.

 

Pabrik uranium telah ada sekal 1980-an, dan meskipun citra satelit hanya tersedia sejak tahun 2003 dan seterusnya, Bogle mengatakan bahwa dalam foto-foto awal tersebut kebocorannya dapat terlihat.

 

"Jadi sudah berlangsung selama setidaknya 16 tahun," katanya. Untuk mengetahui berapa banyak yang bisa bocor pada waktu itu, peneliti juga menganalisis penumpukan limbah di reservoir terdekat.

 

Ia memperkirakan bahwa tumpukan lumpur di sana tumbuh 18.000 meter persegi hanya dalam tiga tahun, dari 2016 hingga 2019.

 

"Kebocoran hanya terjadi setiap kali pabrik dalam produksi," katanya. "Tapi mengingat pertumbuhan besar tumpukan lumpur di dalam reservoir, itu tidak akan menjadi perkiraan agresif untuk menyarankan bahwa setidaknya ratusan galon bahan yang terkontaminasi tumpah ke sungai setiap hari ketika pabrik beroperasi."

 

Karena sifat Korea Utara yang tertutup, kebocoran tidak dapat diverifikasi. Tetapi Bogle yakin bahwa bukti yang tersedia jelas.

 

"Korea Utara tidak menyimpan bahan (nuklir) dengan benar dan kebocorannya dapat dilihat oleh semua orang," katanya.

 

"Ketika dikombinasikan dengan masalah kesehatan yang diketahui terkait dengan bahan-bahan itu dan kesaksian pembelot dari seluruh negeri, menjadi tidak dapat dimungkiri bahwa krisis lingkungan dan kesehatan yang sangat serius sedang terjadi di bagian Korea Utara ini."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Bagikan Artikel: