Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Khofifah: Santri Tani Milenial Kementan Dukung 'One Pesantren One Product'

Khofifah: Santri Tani Milenial Kementan Dukung 'One Pesantren One Product' Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Provinsi Jatim menggandeng Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) merealisasikan program One Pesantren One Product (OPOP) dengan melibatkan SMK berbasis pondok pesantren. Program ini secara resmi telah diluncurkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Kampus Unusa, Kamis (22/8/2019).

Khofifah menilai ke depannya program ini sangat tepat untuk dikolaborasikan dengan dengan program Santri Tani Milenial yang tengah dijalankan Kementerian Pertanian (Kementan). Jika dimasukan pada program Santri Tani, maka akan masuk pada program Petik, Olah, dan Jual.

"Artinya setelah dipetik ada olahannya, setelah diolah ada pengemasannya, dan setelah itu bagaimana akses pasarnya," demikian dikatakan Khofifah usai acara peluncuran tersebut.

Ia menjelaskan, OPOP menjadi perhatiannya mengingat potensi pesantren di Jatim begitu besar. Program ini sebagai upaya untuk pemberdayaan pesantren dan lingkungannya menuju kemandirian di berbagai bidang dan dapat berkontribusi nyata dalam pembangunan Jatim.

Baca Juga: Kementan Kawal Ekspor Sarang Burung Walet Jawa Tengah

"Potensi pesantren sangat luar biasa. Sido Giri sudah menunjukkan kemampuan dan kekuatan membangun jejaring lewat perbankan syariah. SMK-SMK di pesantren sudah memiliki produk-produk. Tapi saya lihat membutuhkan tambahan pendampingan, quality control yang baik, kualitas yang mencukupi, dan kualitas yang bisa dijaga," jelasnya.

Khofifah menekankan, bagi pesantren yang memiliki produk yang mirip, bisa memasuki marketplace seperti Bukalapak, bahkan Alibaba, asalkan kuantitas bisa terpenuhi. Oleh karena itu, pesantren-pesantren perlu diberikan pendampingan yang komprehensif, termasuk kegiatan riset dan pengembangannya.

"Jadi, hari ini tidak bisa kita bicara daya saing tanpa didukung riset dan pengembangan. Karena itu, traning center OPOP harus di perguruan tinggi sehingga bisa memberikan pelatihan, pendampingan sampai membangunkan jejaring pasar dalam skala lebih luas," tuturnya.

"OPOP ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan santri, pesantren, dan masyarakat sekitar melalui keterampilan santri dalam menghasilkan produk sesuai manfaat dan keuntungan," pintanya.

Terpisah, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan, program Santri Tani Milenial merupakan upaya serius Kementan dalam regenerasi di sektor pertanian, khususnya dari kalangan santri. Hal ini penting mengingat kebutuhan pangan masa depan akan semakin besar seiring laju pertumbuhan penduduk.

Baca Juga: Dear Generasi Petani Milenial, Pemerintah Butuh Peranmu di Era Pertanian 4.0

"OPOP jika disinergikan dengan program Santri Tani akan jadi energi baru untuk pertanian kita dan bagi santri milenial yang jumlahnya 4 juta seluruh Indonesia. Kementan sudah buat peraturan agar santri bisa akses langsung ke kementerian tanpa prosedur yang berbelit. Salah satu bantuan adalah alokasikan 1 juta ayam untuk seluruh pesantren," ujarnya.

Kuntoro menambahkan bahwa memperkenalkan dan menggerakan santri milenial adalah pilihan strategis untuk regenerasi dan meningkatkan produktivitas pertanian. Melibatkan para santri merupakan bagian dari program yang lebih besar yakni gerakan 1 juta petani milenial yang sudah ditetapkan sebagai program prioritas membangun manusia Indonesia di 2019.

"Dari data Badan Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Gerakan Petani Milenial sendiri melibatkan satu juta petani milenial yang tergabung dalam 40.000 kelompok petani," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: