Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berobat Pakai BPJS Kesehatan Sekarang Mesti Pakai Ini

Berobat Pakai BPJS Kesehatan Sekarang Mesti Pakai Ini Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

BPJS Kesehatan mulai menerapkan finger print pasien yang datang ke rumah sakit. Sayangnya, hal itu membuat pasien mengeluh karena merasa kerepotan.

 

Musababnya, selama ini saat berobat cukup keluarga pasien yang mendaftar dengan membawa berkas yang sudah ditentukan. Nah, saat finger print diberlakukan, pasien sendiri harus datang untuk antre.

 

Jelas penerapan kebijakan finger print pasien ini dianggap tak efisien, mengingat lamanya proses entry data setiap pasien. Akhirnya, banyak pasien menolak adanya peraturan baru tersebut.

 

Baca Juga: BPJS Kesehatan Defisit, Misbakhun Minta Sri Mulyani Cekatan

 

Kepala Humas BPJS Kesehatan Iqbal Anas Ma'ruf menanggapi hal itu. Dia menyadari, dalam masa transisi ini pasti ada kendala yang dihadapi, karena pasien belum terbiasa.

 

"Ini faktor kebiasaan, masyarakat memang belum biasa dengan finger print. Padahal ini berlaku bagi pasien yang berobat di empat poli, antara lain hemodialisis, mata, rehabilitasi medik dan jantung, " tutur Iqbal ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2019).

 

Iqbal menambahkan, walau sudah disosialisasikan, belum semua rumah sakit menerapkan. Implementasinya akan dilakukan berkala di seluruh rumah sakit Indonesia, yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

 

"Kita belum tentukan kapan implementasinya secara keseluruhan. Sama seperti rujukan online, implementasinya berkala. Mana dulu yang jadi prioritas, makanya perlu belajar. Finger print alatnya yang beli rumah sakit, kalau yang sudah punya ya sudah berlaku," imbuhnya.

 

Baca Juga: Agar Tidak Defisit Lagi, BPJS Kesehatan Diminta Berbenah

 

Iqbal menyebutkan, finger print pasien ini diterapkan berdasarkan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di setiap rumah sakit. Banyak kejanggalan yang ditemukan, yang ujung-ujungnya merugikan.

 

"Berdasarkan audit BPKP, hemodialisis itu kan memakan biaya tinggi, seminggu pasien datang 2-3 kali. Ternyata ditemukan modus, misalnya kepalsuan data, penggandaan dan sebagainya," terangnya.

 

Dengan penerapan finger print pasien, tentu dapat meminimalisir masalah tersebut. Prosesnya pun lebih mudah dan tidak lagi merepotkan, meski di awal semua belum terbiasa.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: