Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan Ingin Sinergikan Program Santri Tani dan OPOP

Kementan Ingin Sinergikan Program Santri Tani dan OPOP Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Mohammad Ghofirin menyatakan dukungannya untuk berbagai program dan kebijakan terobosan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam pengembangan generasi muda.

"Kami memiliki program OPOP (One Pesantren One Product) yang bisa bersinergi dengan program Santri Milenial Kementan," ujar Ghofirin dalam acara sinergi program OPOP di Hotel Ibis Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/8/2019).

Koordinator Program OPOP Training Center itu menjelaskan, selain dengan Kementan, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur. Kerja sama ini meliputi pembahasan rumusan dan konsep implementasi.

Baca Juga: Kementan Dianggap Mampu Penuhi Syarat yang Membuat Ekspor Melesat

"Ada tiga pilar yang harus diimplementasikan dalam program OPOP. Masing-masing kategori Santripreneur, Pesantrenpreneur, dan Alumni melalui Sosiopreneur. Program ini juga bertujuan menyempurnakan program SMK Mini pada masing-masing pesantren," katanya.

Sementara untuk prioritas program OPOP, sedikitnya ada 15 kabupaten yang masuk kategori miskin di Jawa Timur. Semua kategori miskin ini wajib memiliki perhatian khusus untuk proyeksi penerapan program.

"Dalam hal ini, SMK Mini diharapkan memberikan kontribusi nyata untuk pesantren yang nanti pengelolaan manajerialnya oleh koperasi pada masing-masing pesantren. Jadi, kerja sama antara koperasi pondok pesantren dan program SMK Mini diharapkan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang ada," katanya.

Ghofirin mengusulkan bahwa syarat dan kategori keikutsertaan program ini ialah masing-masing santripreneur harus berusia 16 hingga 19 tahun. Sedangkan untuk kategori sosiopreneur, syarat yang ada harus berusia 20 hingga 30 tahun.

Baca Juga: Kementan Fokus Tata Lahan Rawa Tingkatkan Produksi Pangan

"Kita berharap Kementan bisa masuk pada kedua jenjang sesuai dengan prioritas program yang diberikan kepada Santri Tani Milenial. Bisa berupa bantuan hibah, seperti KSTM atau bimtek sesuai dengan komoditas manajerialnya. Kemudian, Kementan juga diharapkan bisa menyandingkan data 15 kabupaten prioritas yang mendapatkan bantuan serta pengembangan OPOP," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: