Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pendapatan Bank-Bank Daerah Melorot, Analis Kasih Saran Ini

Pendapatan Bank-Bank Daerah Melorot, Analis Kasih Saran Ini Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony menilai kinerja Bank Jabar Banten (BJB) mengalami penurunan di tahun 2019. Ia mengatakan, seharusnya Bank Pembangunan Daerah (BPD) ini melakukan strategi-strategi terbaru untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

"Tercatat pendapatan BJBR hingga kuartal kedua ini sebesar Rp800 miliar. Hanya saja BJBR pendapatannya jika dibandingkan dengan tahun lalu terlihat menurun," ujarnya kepada wartawan, Senin (26/8/2019).

Baca Juga: Setelah Korsel, BNI Kembali Gelar Layanan Perbankan Digital pada PMI Hong Kong

Baca Juga: Ekonomi Makin Merosot, Indonesia Seperti Nabung Pengangguran

Lanjutnya, ia menyarankan BJB untuk dapat meningkatkan nilai jual kepada masyarakat dan korporasi untuk memperbaiki merosotnya laba serta kinerja. 

"Karena dengan meningkatnya dana yang dihimpun BJBR bisa meningkatkan kredit dan seperti yang sudah direncanakan perusahaan untuk mulai menggunakan QR code," paparnya.

Selain itu, ia mengatakan BJB bersama dua bank daerah lainnya yakni PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) melantai di BEI mengalami penurunan.

BJB sendiri mengalami kemerosotan dan kerugian cukup siginifikan di 2019 ini. Pasalnya, kapitalisasi pasar bank tersebut menguap dan terpangkas hingga Rp4,09 triliun.

Melansir publikasi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), per akhir 2018 Bank BJB memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp19,68 triliun. Per akhir perdagangan kemarin, melansir data RTI, kapitalisasi pasar Bank BJB hanya tersisa Rp15,59 triliun. 

Selain itu, sepanjang tahun 2019 hingga penutupan perdagangan kemarin, 8/8/2019 harga saham Bank BJB sudah anjlok dan match hingga 22,68%, dari Rp2.050/unit menjadi Rp1.585/unit.

Faktor fundamental sendiri disinyalir menjadi alasan utama di balik ambruknya harga saham Bank BJB di sepanjang tahun 2019. Pada tanggal 25 Juli 2019, perusahaan merilis kinerja keuangan periode semester I-2019.

Hasilnya, laba bersih perusahaan tercatat ambruk hingga 11,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp803 miliar. Pada semester I-2018, laba bersih perusahaan adalah senilai Rp903 miliar.

Sambungnya, ia menilai ambruknya pendapatan bunga bersih/net interest income (NII) membuat bottom line perusahaan meringis. 

Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, NII BJBR jatuh hingga 6,4% YoY menjadi Rp2,97 triliun, dari yang sebelumnya Rp3,17 triliun pada enam bulan pertama tahun lalu.

Kala itu sumber pendapatan utama yakni NII tak bisa diandalkan, pendapatan non-bunga perusahaan juga sama saja. Pada semester I-2019, fee-based income Bank BJB tercatat senilai Rp436 miliar. 

Selain itu, ada perbedaan pada semester I-2018, nilainya adalah Rp435 miliar. Ada kenaikan memang, tetapi hanya 0,1%. Jika melansir materi presentasi yang dipublikasikan Bank BJB di halaman resminya, pada kuartal I dan II-2019 marjin bunga bersih/net interest margin (NIM) dari unit perbankan berada masing-masing di level 5,9% dan 5,7%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: