Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siap Bersaing dengan Pertamina, Perusahaan Ini Atur Strategi

Siap Bersaing dengan Pertamina, Perusahaan Ini Atur Strategi Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), distributor petroleum, bahan kimia dasar serta  penyedia jasa logistik & supply chain di Indonesia ini membeberkan strateginya ke depan untuk mendorong pertumbuhan ke depan.

 

Presiden Direktur AKRA, Haryanto Adikoesoemo mengatakan bahwa untuk mendukung pertumbuhan usaha, perusahaan telah mengambil beberapa inisiatif strategi untuk mengembangkan usaha di sektor-sektor yang bertumbuh tinggi, termasuk bekerja masa dengan Prinsipal yang menambah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan bahan kimia dasar domestik yang terus meningkat. 

 

“AKRA optimis dengan permintaan BBM domestik yang diperkirakan akan terus tumbuh. Bekerjasama dengan BP, AKR mengembangkan segmen BBM Ritel dan masuk ke sektor distribusi BBM penerbangan (avtur),” katanya, di Jakarta, Selasa (27/8/2019). 

 

Baca Juga: AKR Bersama BP Buka Pom Bensin di Cipularang

 

Perusahaan melihat peluang besar di segmen ritel, mengingat jumlah kendaraan yang terus meningkat setiap tahun dan kurangnya jumlah SPBU yang ada. Melalui joint venture bersama perusahaan minyak BP dari Inggris di anak perusahaan PT Aneka Petroindo Raya (APR), Perusahaan mengembangkan SPBU BP dan saat ini telah membuka beberapa lokasi tersebar di Jabodetabek dan Surabaya. 

 

Perusahaan berencana membuka 350 SPBU BP selama 10 tahun mendatang, termasuk dengan sistem dealer yang akan memberi kesempatan bagi banyak investor untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan bisnis AKR. 

 

Bersama BP, Perusahaan juga sudah memulai usaha distribusi avtur, ditandai dengan soft-opening Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Bandar Udara Khusus IMIP (Morowali) di bulan Agustus 2019. 

 

Baca Juga: Waduh, Laba AKR Corporindo Anjlok 67% di Semester I

 

Untuk mengimbangi ekspansi di usaha distribusi dan perdagangan, Perusahaan juga terus berinvestasi menambah kapasitas sarana logistik, termasuk terminal tangka penyimpanan yang telah tumbuh tiga kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir menjadi 736.000 KL saat ini. Perusahaan juga dalam proses penyelesaian tambahan 100.000 KL kapasitas di anak usahanya Jakarta Tank Terminal (JTT) di semester ke dua ini . 

 

JIIPE sebagai Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu siap mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan industri manufaktur Perusahaan juga mengembangkan JIIPE, sebuah Proyek Strategis Nasional seluas 3.000 ha dimana Kawasan Industri terintegrasi dengan Pelabuhan laut dalam yang akan menarik klien industrial sebagai basis manufaktur, termasuk untuk sektor smelter, bahan kimia dan barang konsumsi. Fasilitas lengkap infrastruktur dan utilitas diharapkan juga akan memberikan kontribusi pendapatan berulang di masa datang.

 

Prospek positif untuk sektor industri di Indonesia akan memberikan dampak positif pada peningkatan penjualan Kawasan Industri JIIPE. Sementara itu, dibangunnya akses langsung yang menghubungkan jalan tol Krian-Legundi-Bunder Manyar ke pintu masuk JIIPE akan semakin memperlancar transportasi. 

 

Baca Juga: AKR Bersama Perusahaan Minyak Inggris Bakal Bangun 350 SPBU

 

Dari sisi fasilitas infrastruktur, JIIPE dilengkapi dengan Pelabuhan laut dengan konsesi 76 tahun, pembangkit listrik hingga 500 MW, fasilitas pengolahan air bersih dan pengolahan limbah, jaringan pipa gas dan fiber optic. Lengkapnya akses dan infrastruktur di JIIPE diharapkan akan mengurangi biaya logistik bagi perusahaan yang berinvestasi sehingga industri nasional bisa lebih kompetitif. 

 

Sebagai informasi, selama semester pertama 2019, Perusahaan mampu mempertahankan kinerjanya dengan mencatat laba kotor dan laba usaha sebesar Rp837 miliar dan Rp493 miliar, masing-masing sekitar 2% lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu, walaupun pendapatan turun menjadi Rp9,71 triliun karena pengaruh pergerakan harga minyak bumi dan bahan kimia dunia. 

 

Dimana, laba bersih inti (core net profit) tercatat sebesar Rp391 miliar, dibanding periode yang sama periode sebelumnya sebesar Rp385 miliar. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terlihat turun karena pada periode sama tahun lalu AKRA membukukan Rp1,12 triliun setelah mendapat tambahan laba (extraordinary gain) sebesar Rp736 miliar, terutama dari hasil divestasi aset di China. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: