Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produsen Plastik Berkomitmen Kurangi Sampah Plastik di Asia Tenggara

Produsen Plastik Berkomitmen Kurangi Sampah Plastik di Asia Tenggara Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Bangkok -

Aliansi untuk Akhiri Sampah Plastik (AEPW) yang terdiri dari para produsen dan perusahaan barang konsumen akan mengucurkan dana USD1 miliar untuk mengurangi sampah plastik di Asia Tenggara.

Aliansi tersebut terdiri dari 40 perusahaan di seluruh pelosok dunia. Mereka berkomitmen menganggarkan uang sebesar USD1 miliar untuk dana anti-sampah plastik pada awal tahuin ini. AEPW berjanji menginvestasikan lebih dari USD500 juta dalam lima tahun mendatang.

Aliansi itu berkantor di Singapura. Kelompok itu menyebut akan membiayai kemitraan dan infrastruktur untuk mendukung manajemen sampah di negara-negara Asia Tenggara yang diketahui bagian dari pembuang sampah plastik terbesar di dunia. 

"Kami menyadari bahwa Asia Tenggara sebagai wilayah tempat kami ingin memberikan perhatian besar," ungkap Jim Seward, wakil presiden produsen bahan kimia LyondellBasell yang menjadi salah satu anggota AEPW, dilansir Reuters.

Seward menambahkan, mereka akan menjalin kerja sama dengan para mitra dan mengajak mereka untuk berinvestasi dalam program ini.

"Kami ingin menunjukkan kerja sama dengan mitra kami dan para pemegang saham di penjuru kawasan melalui investasi, bahwa masalah itu dapat diatasi," lanjutnya.

Anggota AEPW termasuk perusahaan kimia dan plastik Dow, Chevron Phillips Chemical Co, ExxonMobil, Shell, dan produsen barang konsumen Procter & Gamble.

Empat negara di Asia Tenggara yakni Indonesia, Filipina, Vietnam dan Thailand, bersama China, mencakup 60 persen pembuang sampah plastik di lautan menurut laporan Ocean Conservancy pada 2015.

Pada Juni, Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyadari bahwa sampah plastik sebagai masalah utama di kawasan. ASEAN juga mengadopsi deklarasi bersama untuk mengatasi sampah di lautan.

Sejumlah biota laut seperti paus dan kura-kura laut mati di pantai Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir dengan sampah plastik di dalam perut mereka. Belum lama ini, bayi duyung di Thailand yang bernama Marium mati karena plastik bulan ini setelah diselamatkan pada April lalu.

Gambar duyung itu diunggah oleh aktor Leonardo DiCaprio di akun Instagramnya pada Sabtu (24/8/2019) dan telah mendapatkan 1,7 juta like.

IHS Markit menyatakan, dalam laporan pada Oktober bahwa 59 persen sampah plastik global berasal dari pengemasan. Di tengah meningkatnya kekhawatiran konsumen mengenai sampah plastik, produsen barang-barang konsumen seperti Kraft Heinz, Nestle, Unilever, dan Henkel, berjanji mendaur ulang kemasan mereka, menggunakan kembali atau membuatnya dapat menjadi kompos pada 2025 dalam dua tahun terakhir.

Sejak 1950, saat plastik pertama kali diproduksi, manusia telah memproduksi 9,1 miliar ton plastik. Jumlah tersebut sebanding dengan bobot sekitar 90.000 Menara Eiffel atau 1,2 miliar gajah Afrika dan dapat mengubur Kota Manhattan di Amerika Serikat (AS) sedalam dua mil. Sekitar 9 persen plastik telah didaur ulang dan 12 persen dibakar.

"Itu artinya 5,6 miliar ton mengotori planet, baik dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA), laut, maupun perdesaan," papar laporan yang disusun para peneliti dari Bren School of Environmental Science di Universitas California, Santa Barbara, bersama para mitra dari penjuru dunia. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: