Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eropa Ikut Berulah, Rupiah Jadi Makin Gegana!

Eropa Ikut Berulah, Rupiah Jadi Makin Gegana! Kredit Foto: Reuters/Toby Melville
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sentimen perang dagang AS-China belum sepenuhnya mereda, namun kini pelaku pasar global kembali dihadapkan dengan polemik baru yang berasal dar Eropa, yakni no deal brexit

Melansir dari BBC, Inggris dikabarkan tengah dalam posisi yang sulit. Bagaimana tidak, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, resmi mengumumkan penangguhan parlemen selama lima pekan, yakni mulai 03/09/2019 hingga 14/10/2019. 

Baca Juga: Karena Ulah China, Asing Kabur Lagi dari Pasar Modal Indonesia!

Dengan penangguhan tersebut, kesempatan parlemen untuk menegosiasikan kesepakatan berkenaan dengan wacana keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Pasalnya, jeda waktu antara pembukaan parlemen dengan batas waktu bagi Inggris untuk keluar dari Uni Eropa hanya selama dua setengah minggu.

Dengan waktu dua setengah minggu itu tentu akan sulit bagi parlemen untuk menghentikan Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no deal Brexit

Baca Juga: No Deal Brexit: Inggris Bisa Miskin....

Asal tahu saja, wacana no deal Brexit ini sudah berjalan dalam waktu yang lama, di mana sentimen tersbeut tidak kalah berpengaruhnya dari perang dagang AS-China terhadap perekonomian global. Polemik yang melanda Negeri Elizabeth itu dapat memengaruhi psikologis pelaku pasar dalam menentukan keputusan investasinya atas aset-aset berisiko berbasis mata uang.

Hal itu pun cukup tergambarkan pada perdagangan jelang akhir pekan ini. Misalnya saja, mata uang Eropa bergerak variatif di hadapan dolar AS pada perdagangan spot Kamis (29/08/2019). Mata uang franc Swiss dan Euro bergerak tertekan di hadapan dolar AS, sedangkan poundsterling menguat tipis. 

Baca Juga: Dear AS-China, Belum Puas Ganyang Rupiah? Keok Lagi Nih!

Perlu diketahui, bukan hanya mata uang Eropa yan terkena imbas polemik no deal Brexit, melainkan juga mata uang Asia yang mayoritas tertekan di hadapan dolar AS, termasuk rupiah.  Rupiah dibuat gegana alias gelisah galau merana oleh sentimen tersebut.

Kala pembukaan pasar pagi tadi, rupiah terdepresiasi 0,04% ke level Rp14.255 per dolar AS. Depresiasi tersebut beberapa kali berganti posisi menjadi apresiasi dan kemudian kembali lagi menjadi depresiasi, seperti pada pukul 09.57 WIB ini, rupiah terdepresiasi 0,03% ke level Rp14.259 per dolar AS. 

Baca Juga: China Bujuk AS Berdamai, Rupiah Pilih Mandek di Rp14.240

Pergerakan rupiah pun terbilang variatif, di mana mata uang Garuda itu terpantau unggul di hadapan dolar Australia (0,07%) dan poundsterling (0,05%), sedangkan di hadapan euro rupiah terkoreksi 0,07%.

Di Asia, rupiah terapresiasi di hadpaan won (0,34%), ringgit (0,33%), baht (0,24%), an dolar Taiwan (0,09%). Sementara itu, di hadapan yen (-0,16%), dolar Hongkong (-0,06%), dan dolar Singapura (-0,03%), rupiah tertekan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: