Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Berpeluang Besar di Munas Golkar, Airlangga Diminta untuk...

Meski Berpeluang Besar di Munas Golkar, Airlangga Diminta untuk... Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar yang direncanakan akan digelar pada Desember 2019 makin penuh dinamika. Dua tokoh yang menonjol menjadi kandidat yaitu Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo. Keduanya pun disebut memiliki basis dukungan kuat baik di DPD I maupun DPD II serta organisasi sayap partai.

Namun demikian, suara dominan memilih agar Airlangga tetap melanjutkan kepemimpinan. Terlebih sudah 90 persen DPD tingkat I maupun tingkat II menentukan sikap untuk mendukung Airlangga sebagai ketua umum periode 2019-2023.

Pengamat politik Jerry Sumampouw mengingatkan dukungan politik DPD DPC hingga sesepuh Golkar memang solid, meski tetap perlu waspadai telikungan di momen Munas. Diakui bahwa Airlangga sebagai incumbent saat ini unggul. Tapi tetap perlu diwaspadai Golkar punya tradisi, ketika Munas bisa berubah arah.

Terlebih lagi, menurut Jerry, Golkar mempunyai tradisi ketika hanya kedua tokoh yang menojol dan berdampak kepada perpecahan maka Golkar bisa saja tiba-tiba mencari alternatif lain. Karena itu, Airlangga harus mewaspadai dan terus merawat dukungan politik yang sudah diberikan.

"Airlangga harus waspadai, jangan sampai ini meruncing. Jalin komunikasi dengan cara kekeluargaan, dengan begitu dukungan akan terus solid. Jangan berujung perpecahan," kata Jerry ketika dihubungi wartawan.

Baca Juga: Milenial Pilih Airlangga untuk Pimpin Golkar

Terlebih setiap pemilu, Golkar dilanda isu-isu friksi internal. Golkar di bawah Airlangga, harus terus solid dan tidak melahirkan konflik.

"Dalam Munas kali ini jangan memicu konflik yang tajam. Airlangga harus mampu merawat Golkar," imbuh Jerry.

Pengamat politik dari Universitas Bung Karno, Cecep Handoko menilai, di bawah Airlangga, Golkar secara politik semakin stabil. Diketahui sebelum Airlangga menjabat Golkar ibarat kehilangan nahkoda. Yang pada akhirnya membuat Golkar keteteran, raihan suara turun. 

Diakui Cecep, kepemimpinan Airlangga belum lama, setelah Setya Novanto, yang tersangkut kasus korupsi E-KTP. Namun dengan waktu yang singkat itu, Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga, kembali stabil. Riak politik internal tidak ada.

Terkait dengan Munas Golkar ini, Cecep melihat pemerintah lebih condong ke salah satu kandidat. Apalagi Airlangga, mendukung penuh langkah Presiden.

"Kita melihat siapa yang lebih punya peluang. Kita lihat sejak Airlangga selalu all out ke pemerintah, membantu presiden," kata Cecep.

Dia melihat meski Bamsoet memiliki kekuasaan di parlemen, relatif tidak ada terobosan. Karena itu, Airlangga lebih berpeluang, apalagi Airlangga dianggap lebih loyal. Untuk itu, Cecep menyarankan Golkar jangan terlalu lama dengan polemik yang terjadi menjelang Munas Golkar.

"Sebaiknya ini segera disudahi. Karena ada sejumlah agenda besar yang dihadapi. Saya yakin polemik di internal, tidak akan panjang karena mereka akan menghadapi agenda-agenda besar, Airlangga lebih berpeluang," kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: