Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gak Punya Dirut? It's Okay Kok Buat Saham BRI dan BTN!

Gak Punya Dirut? It's Okay Kok Buat Saham BRI dan BTN! Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penolakan Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Suprajarto, terhadap hasil RUPSLB PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menjadi kontroversi di penghujung pekan ini. Dengan begitu, secara seketika nama dua perbankan BUMN itu mendapat sorotan dari berbagai pihak.

Sebagaimana diketahui, hasil RUPSLB BBTN memutuskan untuk mencopot Maryono dari jabatannya sebagai Dirut BTN. Sebagai gantinya, forum menunjuk Suprajarto untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut.

Namun, keputusan itu ditolak mentah-mentah oleh Suprajarto dengan alasan tidak ada pemberitahuan sebelumnya perihal pencalonan dirinya sebagai Dirut BTN. 

Baca Juga: Suprajarto Tolak Kursi Dirut BTN, BUMN: Prajurit Harusnya Ikuti Perintah!

"Saya tidak dapat menerima keputusan itu dan saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari hasil RUPSLB," tegas Suprajarto, Jakarta, Kamis (29/08/2019) kemarin. 

Penolakan itu pun disayangkan oleh berbagai pihak, termasuk oleh Kementerian BUMN yang dalam hal ini diwakili oleh Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo. Sebab, dengan kejadian tersebut, baik BRI maupun BTN saat ini tidak memiliki pimpinan yang menjabat sebagai direktur utama. 

"Ini masalah penugasan. Kan tinggal bagaimana kita menunaikan atau tidak. Sebagai bawahan, kalau nolak penugasan gimana? Ini masalah penugasan," geram Gatot. 

Baca Juga: Akankah Sunarso Menggantikan Suprajarto Jadi Dirut BRI?

Tak hanya BUMN, pelaku bisnis, terutama para investor di pasar saham pun ikut menyoroti kasus penolakan ini. Hal itu sedikit banyak berpengaruh pada pergerakan saham dari kedua perbankan tersebut. 

Berdasarkan pantauan melalui RTI, baik saham BTN maupun BRI, keduanya berakhir di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi I Jumat siang. 

Baca Juga: Baru Ditunjuk Jadi Dirut BTN, Suprajarto Mundur, Nggak Cocok Sama Rini?

Saham BTN ditutup dengan apresiasi 0,99% ke level Rp2.050 per saham di akhir sesi I. Adapun dalam setengah hari ini, saham BTN bergerak dalam jangkauan dari yang terendah di Rp2.030 per saham hingga yang tertinggi di Rp2.090 per saham.

Aktivitas perdagangan saham BTN pun terbilang ramai, di mana ada 14,15 juta saham diperdagangkan dengan frekuensi 2.160 kali transaksi dan membukukan nilai transaksi sebesar Rp29,08 miliar. 

Baca Juga: Tegas, Suprajarto Tolak Jadi Direktur Utama BTN

Agaknya, penguatan saham BTN lebih ditopang oleh sentimen teknikal. Sebab, dalam sepekan terakhir, perdagangan saham BTN tercatat sudah empat kali berakhir di zona merah dengan akumulasi koreksi sebesar 6,39% dan bukuan nilai jual bersih sebesar Rp95,04 miliar. 

Sementara itu, pergerakan saham BRI di siang ini berakhir dengan apresiasi 0,48% ke level Rp4.220 per saham. Jangkauan gerak saham BRI dimulai dari level terendah di Rp4.120 per saham hingga Rp4.230 per saham. 

Aktivitas perdagangan saham BRI pun tidak kalah ramainya dengan BTN, di mana ada 48,99 juta saham yang diperdagangkan dengan frekuensi 4.231 kali transaksi dan membukukan nilai transaksi sebesar Rp205,08 miliar. 

Baca Juga: BTN Dapat Restu Akuisisi Perusahaan Modal Ventura

Namun, jika perdagangan saham BTN diwarnai oleh tekanan jual, hal sebaliknya justru terjadi di saham BRI. Hingga JUmat siang, asing terpantau asik menyuntikan dana ke dalam saham BRI hingga mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp8,44 miliar atau setara dengan Rp275,72 miliar.  

Kendati sejauh ini, kedua saham tersebut masih terbilang dalam keadaan yang baik, beberapa analis menilai kekosongan jabatan dirut akan menjadi sentimen negatif terhadap performa saham kedua bank tersebut. Hal itu salah satunya disampaikan oleh analis Artha Sekuritas Frederik Rasali yang menilai bahwa faktor good corporate governance (GCG) perlu dipertimbangkan dalam hal ini.

"Apakah anda berani merisikokan uang Anda pada perusahaan yang secara bisnis tidak maksimal? Bila tidak, maka investasi pada perusahaan dengan GCG yang baik untuk mengurangi risiko tersebut," tegasnya seperti dikutip dari Kontan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: